Rabu, Januari 22


Jakarta

Berbeda dengan Muslim kebanyakan, komunitas Baye Fall di Senegal beribadah dengan bekerja keras dan mengabdi ke masyarakat.

Menjelang senja hari, irama nyanyian sejumlah jemaah Muslim di Desa Mbacke Kadior, Senegal terdengar lantang.

Pengikut aliran Baye Fall yang berbusana kain perca berwarna-warni membentuk lingkaran di depan masjid. Tubuh mereka ikut berayun seiring lantunan nyaring yang serempak.


Api unggun kecil yang berkobar di belakang para jemaah membuat bayangan mereka seolah turut menari.

Rambut dreadlock alias gimbal penganut Baye Fall juga bergoyang seiring gerakan yang dilakukan dengan penuh semangat ini. Keringat di wajah mereka pun seolah berkilau.

Perayaan sekaligus ibadah yang dilakukan dua kali seminggu ini dikenal sebagai saam fall. Para peserta seringkali tampak seperti dalam keadaan trans selama ritual suci yang berlangsung sekitar dua jam.

Baye Fall adalah kelompok kecil yang merupakan bagian dari persaudaraan Mouride di Senegal, negara mayoritas Muslim di Afrika Barat.

Komunitas ini berbeda dibandingkan kelompok-kelompok Muslim lainnya.

Ada sekitar 17 juta penduduk Senegal yang menjadi penganut Baye Fall.

Penampilan mereka yang mencolok membuat jemaah Baye Fall terlihat menonjol di publik. Sebagian orang menganggap komunitas ini menyimpang terlalu jauh dari norma-norma Islam karena ibadah mereka yang tidak biasa.

Alih-alih salat lima waktu dan puasa Ramadan, pengikut Baye Fall melaksanakan ibadah melalui kerja keras dan pengabdian kepada masyarakat.

Di mata mereka, surga bukan sekadar tujuan akhir, melainkan penghargaan bagi orang-orang yang bekerja keras.

Salah kaprah terhadap penganut Baye Fall tidak hanya berasal dari kelompok Muslim lainnya.

Di Barat, kelompok ini diyakini mengonsumsi alkohol dan merokok ganja. Hal ini tentu saja adalah suatu kesalahpahaman mengingat dua hal itu bukan bagian dari etos mereka.

“Filosofi komunitas Baye Fall berpusat pada kerja,” ujar Maam Samba, seorang pemimpin kelompok Baye Fall di Mbacke Kadior, kepada BBC.

“Kerja keras menjadi bentuk ibadah kepada Tuhan.”

Baik itu membajak sawah di bawah terik matahari, membangun gedung sekolah, maupun membuat kerajinansemua ini penuh akan makna spiritual bagi penganut Baye Fall.

Samba menyebut setiap tugas bukan hanya kewajiban, melainkan tindakan meditatif. Bekerja secara sungguh-sungguh menjadi bentuk doa.

Baca juga:

Pendiri komunitas Baye Fall, Ibrahima Fall, disebut-sebut pertama kali bertemu dengan pendiri persaudaraan Mouride, Cheikh Ahmadou Bamba, di Desa Mbacke Kadior.

Persaudaraan Mouride yang didirikan Ahmadou Bamba pada abad ke-19 adalah sebuah cabang Islam Sufi yang memainkan peran penting di Senegal.

Ibrahima Fall diyakini sepenuhnya mendedikasikan dirinya untuk melayani Bamba. Dia bahkan sering mengabaikan kebutuhannya sendiri, termasuk makan, puasa, salat dan merawat diri.

Para pengikut Baye Fall mengatakan seiring waktu pakaian Ibrahima Fall menjadi lusuh dan compang-camping. Hal ini mencerminkan pengabdiannya yang tanpa pamrih.

Inilah asal mula filsafat dan tradisi pakaian compang-camping Baye Fall.

BBCDi Desa Mbacke Kadior, orang-orang Baye Fall membuat pakaian kain khas komunitas yang kemudian di jual ke seluruh Senegal.

Loyalitas ini sekarang dipraktikkan oleh para pengikut Ibrahima Fall dalam sebuah konsep yang dikenal sebagai ndiguel. Banyak anggota Baye Fall yang bahkan memasukkan kata tersebut dalam nama anak-anak mereka.

Etos kerja Fall juga tercermin di jantung Desa Mbacke Kadior. Tepatnya di sebuah lokakarya yang menjadi pusat kolaborasi dan kreativitas yang memproduksi pakaian nan elok yang terbuat dari kain perca.

Perempuan-perempuan bekerja secara kalem dan fokus. Mereka mencelupkan kain polos ke dalam bak pewarna yang cerah. Di setiap pencelupan, kain menyerap lapisan warna yang secara bertahap menjadi tekstil yang mencolok.

Para laki-lakinya juga tidak kalah telaten. Kain-kain yang telah diwarnai diambil satu per satu dan pria-pria ini dengan terampil menjahitnya menjadi pakaian yang praktis dan mengekspresikan identitas khas Baye Fall.

Busana Baye Fall merupakan perpaduan antara seni dan kerja yang mencerminkan dedikasi orang-orangnya.

Pakaian-pakaian jadi kemudian didistribusikan ke pasar-pasar di seluruh Senegal. Selain menjadi mata pencaharian, kerajinan ini juga menyebarkan filosofi komunitas Baye Fall

“Gaya Baye Fall adalah sesuatu yang khas dan autentik,” jelas Samba, yang almarhum ayahnya adalah seorang syekh Baye Fall yang dihormati atau yang di Senegal dikenal sebagai marabout.

“Pakaian compang-camping melambangkan universalitas: Anda bisa menjadi Muslim dan tetap mempertahankan budaya Anda. Namun tidak semua orang memahami hal ini. Jika Anda tidak menerima kritik, Anda tidak bisa berkembang.”

Ketika orang-orang Muslim lainnya berpuasa dari matahari terbit hingga terbenam selama bulan Ramadan, komunitas Baye Fall mengabdikan diri dengan menyiapkan santapan buka puasa di masjid.

Baca juga:

Pengabdian di sini tidak terbatas di pekerjaan-pekerjaan manual.

Masyarakat Baye Fall juga mendirikan koperasi, kewirausahan sosial, dan organisasi non-pemerintah atau LSM yang bertujuan mendorong pembangunan berkelanjutan di pedesaan Senegal.

Pekerjaan, bagi kelompok ini, bukan hanya untuk mencari nafkah, melainkan juga ekspresi spiritualitas.

“Kami punya sekolah, pusat kesehatan, dan kewirausahaan sosial untuk menciptakan lapangan kerja,” jelas Samba.

“Filosofi hidup kami mengatakan segala sesuatunya harus dilakukan dengan rasa hormat, cinta, dan perhatian terhadap alam. Ekologi adalah pusat dari model pembangunan berkelanjutan kami.”

Getty ImagesPara pengikut Baye Fall di masjid kota suci Touba.

Namun, kelompok ini juga menuai kritik atas praktik mengemis di jalanan.

Meminta uang tidaklah bertentangan dengan sistem kepercayaan Baye Fall. Akan tetapi, praktik mengemis Baye Fall secara tradisional semestinya tetap dilakukan dengan niat pengabdian.

Hasil mengemis seharusnya diberikan kepada pemimpin yang wajib mendistribusikannya kembali untuk kesejahteraan masyarakat.

“Ada Baye Fall asli dan ada pula ‘Baye Faux’ – Baye Fall palsu,” ujar Cheikh Senne, mantan wakil rektor Universitas Alioune Diop di kota Bambey dan pakar persaudaraan Mouride.

Di pusat-pusat perkotaan seperti ibu kota Dakar, kehadiran “Baye Faux” begitu meluas.

“Mereka berpakaian seperti kami dan mengemis di jalanan tetapi tidak berkontribusi kepada masyarakat. Ini adalah masalah serius yang merusak reputasi kami,” tutur Senne kepada BBC.

Getty ImagesDiperkirakan 700.000 orang tergabung dalam Baye Fall, komunitas yang semakin menarik orang-orang muda.

Di sisi lain, reputasi Baye Fall yang menekan pada kerja keras dan komunitas bergaung melampaui Senegal.

Salah satu pengikut Baye Fall adalah warga negara Amerika bernama Keaton Sawyer Scanlon.

Keaton menjadi pengikut Baye Fall setelah mengunjungi Senegal pada tahun 2019. Dia kemudian diberi nama Senegal, Fatima Batouly Bah.

Fatima menggambarkan pertemuan pertamanya dengan seorang marabout yang mengubah hidup.

“Tubuhnya seperti memancarkan cahaya,” ujarnya kepada BBC.

“Hati saya mengenali kebenaran. Ini adalah kebangkitan spiritual yang mendalam bagi saya.”

Fatima sekarang tinggal bersama pengikut Baye Fall lainnya. Dia turut serta dalam proyek-proyek komunitas yang mewujudkan etos pelayanan mereka.

Meskipun masih sedikit, jumlah orang-orang di luar Senegal yang memeluk kepercayaan Baye Fall mulai bertambah.

Baye Fall memainkan peran penting dalam masyarakat Senegal. Kontribusi mereka di sektor pertanian amatlah penting bagi perekonomian negara itu.

Getty ImagesSeorang penganut Baye Fall di Desa Mbacke Kadior.

Setiap tahun, pengikut Baye Fall menyatakan bersumpah setia kepada pemimpin Mouride yang dikenal sebagai khalifah atau marabout agung.

Sumpah setia ini dilakukan Baye Fall dengan menyumbangkan uang, ternak, dan hasil panen kepada persaudaraan Mouride untuk menunjukkan loyalitas mereka.

Mereka juga berperan penting dalam pemeliharaan Masjid Agung di kota suci Touba di Senegal yang menjadi pusat Mouridisme.

Di Touba, Baye Fall juga berperan sebagai penjaga keamanan tidak resmi di Masjid Agung pada acara-acara besar, seperti ziarah tahunan Magal ketika ratusan ribu jemaah datang ke kota.

Orang-orang Baye Fall memastikan jemaah-jemaah berpakaian sopan dan tidak ada narkoba di daerah tersebut. Mereka juga memastikan tidak ada penghinaan terhadap khalifah.

“Baye Fall selalu menjamin keamanan khalifah dan kota,”ujar Senne.

“Tidak ada yang berani bertindak tidak pantas ketika ada Baye Fall di sekitarnya.

Tidak semua orang mendukung kepercayaan Baye Fall. Namun, dampak komunitas ini terhadap lanskap budaya dan agama Senegal semakin meningkat.

Getty ImagesPerempuan-perempuan di komunitas Baye Fall.

Sekarang ini, Baye Fall menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan tradisi dengan modernitas. Sumber daya yang terbatas juga menghambat ambisi-ambisi mereka.

Namun, visi Baye Fall tetap jelas: pembangunan berkelanjutan yang berakar pada iman dan pelayanan.

Pembangunan ini juga diharapkan mampu menolong sebagian besar kaum muda pengangguran di Senegal yang putus asa mencari nafkah.

Banyak dari ribuan migran yang melakukan penyeberangan laut berbahaya ke Eropa demi menyambung nyawa berasal dari Senegal.

“Kami ingin bisa berbuat lebih banyak,” tutur Samba.

“Kami ingin menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Hal ini sangat dibutuhkan kaum muda di Senegal.

“Kami membutuhkan kolaborasi dengan pemerintah dan organisasi internasional. Inilah harapan kami untuk masa depan.”

Bagi komunitas Baye Fall, kerja keras adalah solusi kebutuhan ekonomi dan spiritual negara.

(ita/ita)

Membagikan
Exit mobile version