
Jakarta –
Berbagai gambar kawasan luar angkasa yang beredar menunjukkan areal gelap, meski banyak bintang dan benda langit lainnya. Termasuk matahari yang merupakan salah satu bintang terbesar di alam.
Matahari memancarkan sinarnya sehingga bumi memiliki langit siang terang berwarna biru. Pancaran sinar matahari seperti tidak membuat perbedaan di luar angkasa yang hitam pekat.
Alasan Luar Angkasa Gelap Padahal Ada Matahari
Ruang angkasa selalu terlihat meski ada matahari karena tidak ada atmosfer. Mengutip situs Astronomy, atmosfer tiap planet membantu menyebarkan cahaya terang.
Atom dan molekul berbagai zat dalam atmosfer, misal nitrogen dan oksigen, berinteraksi dengan foton dari cahaya matahari. Interaksi inilah yang menyebarkan cahaya matahari dan menembus lapisan atmosfer, hingga dirasakan penghuni planet.
Atmosfer bumi lebih suka menyebarkan cahaya biru sehingga langit siang hari terlihat kebiruan. Di mars, langitnya tampak biru keabu-abuan tua karena atmosfernya 100 kali lebih tipis dari bumi. Warnanya berubah menjadi pink salmon saat debu mars diterbangkan oleh angin permukaan yang lemah.
Sementara bulan tidak memiliki atmosfer, jadi tidak ada yang menyebarkan foton meski dekat dengan matahari. Sehingga langitnya akan berwarna hitam, baik siang maupun malam.
Dikutip dari Live Science, pertanyaan mengapa ruang angkasa selalu gelap juga dikenal sebagai paradoks Olbers, diambil dari nama astronom Jerman Heinrich Olbers.
Paradoks ini dapat dijelaskan oleh teori perluasan ruang waktu dengan gagasan bahwa “Karena alam semesta mengembang lebih cepat daripada kecepatan cahaya, cahaya dari galaksi-galaksi yang jauh mungkin meregang dan berubah menjadi gelombang inframerah, gelombang mikro, dan gelombang radio, yang tidak dapat dideteksi oleh mata manusia.” Karena itulah alam semesta tampak hitam gelap bagi telanjang mata.
Alasan lain luar angkasa terlihat gelap juga karena di sana adalah ruang hampa yang hampir sempurna. Artinya, angkasa memiliki partikel yang sangat sedikit sehingga hampir tidak ada apa pun yang dapat menyebarkan cahaya ke segala arah termasuk ke mata manusia. Sebab itu, ruang angkasa tampak gelap gulita.
Seberapa Gelapkah Luar Angkasa?
Dilansir Space.com, kegelapan ruang angkasa sekitar 100 miliar kali lebih redup daripada sinar matahari yang dapat dilihat dari bumi menurut data dari wahana antariksa New Horizons milik NASA.
Cahaya yang sangat redup ini disebut latar belakang optik kosmik (Cosmic Optical Background/COB), dan dapat dianggap sebagai padanan tampak dari radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik (Cosmic Microwave Background/CMB), cahaya yang tersisa dari penciptaan alam semesta.
Itu adalah perkiraan terbaik saat ini mengenai seberapa gelap angkasa, atau lebih tepatnya seberapa terang angkasa luar sana. Meski begitu, pengukuran COB itu masih belum akurat.
Di sisi lain, gelapnya ruang angkasa pada magnitudo visual -6,5 atau 0,3% lebih terang dari bulan purnama, mengutip BBC Sky at Night Magazine. Astronom coba menjawab kegelapan angkasa ini dengan mengumpulkan kecerahan bintang-bintang dan galaksi-galaksi yang diketahui di alam semesta.
(azn/row)