Jumat, Oktober 18


Jakarta

Netizen mengeluh tentang ibu rumah tangga yang kerap mendapat makanan sisa. Padahal dia yang berbelanja hingga memasak makanan tersebut untuk keluarga.

Stigma perempuan yang harus memasak dalam rumah tangga masih sering terdengar. Khususnya di tengah masyarakat yang menganut sistem patriarki, secara budaya perempuan harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Namun yang disayangkan, perempuan selalu diposisikan terbelakang. Misalnya ketika menyajikan makanan, ibu selalu mendapat makanan sisa dari makanan yang dibuatnya sendiri.


Fenomena tersebut ramai setelah sebuah akun X @ask_a9nry (13/10/24) mengunggah sebuah foto. Foto tersebut memperlihatkan apple pie yang hanya tersisa secuil.

Mengapa Ibu Rumah Tangga Selalu Dapat Makanan Sisa? Ini Sebabnya Foto: x @ask_a9nry

Foto tersebut juga bertuliskan, “Menghabiskan 2,5 jam untuk membuat apple pie yang cantik. Dan ini apa yang disisakan oleh suami dan anak-anakku,”.

Akun X tersebut mengatakan bahwa hal itu membuatnya sedih. Ungkapannya tersebut kemudian ramai ditanggapi oleh netizen lainnya yang juga sedih dengan fenomena tersebut.

Sebuah akun X @Drbailey8 berpendapat bahwa seharusnya ibu mendapat potongan yang pertama. Itu sebagai bentuk menghargai dan ucapan terimakasih kasih telah membuatkan makanan untuk keluarga.

“Suaminya patut disalahkan, karena tidak membesarkan anak laki-lakinya agar lebih memperhatikan ibu dan kerja kerasnya. Ini semacam menempatkan prioritas,” tulisnya.

Ilustrasi ibu memasak. Foto: Getty Images/Natthaphon Chunchiew

Sementara itu, netizen asal Indonesia dengan akun @asriprabasari juga mengungkap hal yang sama. Ia mengatakan bahwa selama ini perempuan dalam rumah tangga sering diposisikan di belakang.

“Pernah terpikir gak sih, perempuan dalam rumah tangga lebih sering dapat makanan sisaan atau bukan bagian terbaik? Si bapak dan anak lebih diutamakan dengan alasan keluar tenaga lebih banyak,” ujarnya.

“Meski belum tentu laki-laki dalam rumah tangga tersebut beneran kerja lebih banyak ketimbang para perempuan,” lanjutnya.

Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa meskipun kebanyakan perempuan ditugaskan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tetapi itu membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak.

“Itu juga capek dan butuh fisik yang prima, menstruasi membuat perempuan rentan kena anemia. Selain ganggu kesehatan, jika hamil atau melahirkan pun berisiko tinggi,” ujarnya.

Namun sayangnya, hal tersebut seolah sudah menjadi budaya yang masih melekat hingga sekarang. Seperti yang disampaikan oleh akun @sunriseonus, “Gak mau sebut suku, tapi suku gue kentel beginian,”.

“Keluarga orang tuaku yang satu juga gini, semoga nanti kita saling memuliakan satu sama lain,” tulis netizen @shouyones.

(raf/odi)

Membagikan
Exit mobile version