Minggu, Juni 30


Jakarta

Indonesia sohor dengan kekayaan rempah-rempah di masa lalu sampai-sampai menjadi buruan negara-negara Eropa. Jejak itu ada di Museum Bahari.

Bangunan sejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan rempah-rempah nusantara adalah Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta Utara. Bangunan tersebut dulu merupakan gudang penyimpanan rempah-rempah dan dibangun oleh seorang arsitek asal Belgia bermana Jacques de Bollan.

“Museum Bahari dulunya itu adalah gudang rempah-rempahnya VOC dan dibangunnya itu tahun 1652. Tapi dulunya itu bentuknya tidak seperti ini, bentuknya itu hanya rumah bertingkat biasa terus mulai dibangun sepanjang ini itu 1718 dan itu bertahap serta bisa dilihat dari pintu-pintu di Museum Bahari,” kata Educator Museum Bahari, Dita Amelia, kepada detikTravel, Rabu (26/6/2024).


Di kawasan gudang rempah ini terdapat beberapa bangunan dan bangunan utama gudang rempah ini dari tiga lantai. Setiap lantai gudang penyimpanan itu memiliki fungsinya masing-masing, lantai pertama sebagai tempat penyimpanan rempah, lantai dua untuk pengemasan rempah-rempah, dan lantai ketiga dipakai untuk tempat menjemur rempah-rempah.

Dan sebagian besar bangunan di Museum Bahari ini masih serupa dengan masa lalu, material kayu yang ada pun masih kokoh. Dita menjelaskan kalau bangunan ini masih sama dengan saat masih berjaya. Ia juga menerangkan ada dua jenis kayu yang dipakai sebagai material rangka untuk bangunan ini.

Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta Utara (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

“Ini bangunan masih sama kaya dulu, ada beberapa yang dari kayu ulin dan beberapa dari kayu jati. Kayu ulinnya itu dari Kalimantan dan jatinya itu dari daerah Jatinegara,” kata dia.

Ia pun mengatakan hal unik tentang jalan-jalan di kawasan Jakarta yang menggunakan nama perkebunan. Ya, karena dahulu saat Belanda menduduki Nusantara banyak perkebunan seperti seperti kebun kacang, kebun jeruk, kebun sirih dan masih banyak lagi.

Sembari berjalan mengelilingi tiap sudut di museum ini, Dita terus memberikan informasi tentang sejarah dari bangunan ini sejak awal hingga menjadi museum. Lalu diselingi dengan cerita tentang bangunan yang dipakai sebagai gudang rempah.

“Dulu rempah-rempahnya itu kebetulan dari seluruh Nusantara itu dikirimnya ke sini, ada lada hitam, cengkeh, biji pala, terus ada kayu manis, kembang lawang, ada cabe Jawa, jinten. Tapi yang paling populer dicari sama bangsa Eropa itu ada empat rempah-rempah yaitu lada hitam, biji pala, cengkeh, dan kayu manis,” ujar Dita.

“Rempah-rempah satu kilogramnya itu sebanding dengan satu batang emas, macam-macam semua rempah-rempah itu sekilo sebanding dengan satu batang emas. Itulah kenapa kita dijajah karena harga (rempah) yang mahal dan fungsinya yang banyak,” sambung dirinya.

Di salah satu ruangan juga terdapat pajagan rempah-rempah yang menjadi komoditas pada zaman dulu hingga kini. Menurut Dita ruangan itu sebagai informasi juga kepada pelajar yang belum tahu tentang rempah-rempah dan menariknya rempah-rempah tersebut merupakan rempah-rempah asli bukan imitasi jadi ketika berada di dekat ruangan dan tentunya di dalam ruangan tersebut semerbak wangi rempah langsung menusuk hidung.

Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta UtaraMuseum Bahari di Penjaringan, Jakarta Utara (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Sejarah yang menarik yang dimiliki oleh Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman dan melimpahnya variasi rempah. Sebagai informasi, setelah perginya Belanda dari tanah yang kaya itu masuklah Jepang dan mengganti fungsi gudang rempah ini sebagai gudang logistik tentara Jepang.

“Terus pas kita merdeka ini dijadikan sebagai gudang dari kantor PLN dan pas zaman Gubernur Ali Sadikin itu 1977 tanggal tujuh bulan tujuh, baru diresmikan sebagai cagar budaya yaitu Museum Bahari. Dan kenapa diresmikan sebagai Museum Bahari karena letak bangunannya itu dekat dengan laut, di mana bahari itu artinya kelautan dan kita juga letaknya dekat dengan Pelabuhan Sunda Kelapa,” kata Dita.

(fem/fem)

Membagikan
Exit mobile version