Minggu, Februari 23


Jakarta

Toyota punya line up elektrifikasi yang lengkap. Satu hal yang paling menarik adalah hidrogen. Kira-kira, butuh berapa lama lagi mobil hidrogen bisa wara-wiri di Indonesia?

PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sudah meresmikan Stasiun Pengisian Bahan Bahar Hidrogen (SPBH) atau Hydrogen Refueling Station (HRS) di pabrik Karawang, Jawa Barat. Ini menjadi stasiun pengisian dengan daya kapasitas mencapai tekanan 700 bar.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi mengapresiasi langkah Toyota dalam mengembangkan SPBH. Eniya berbagi pengalaman saat berada di Jepang, SPBH juga jumlahnya hanya satu, dua unit di Jepang.


“Kemarin sudah ada peresmian Hydrogen Refueling Station kedua di Indonesia, tekanannya tertinggi saat ini di Indonseia, selamat kepada Toyota kemarin sudah launch di Karawang. Sekarang bapak ibu tidak perlu takut, impor kendaraan Hydrogen dari luar. Di Jakarta ada, di Karawang ada yang sudah bekerja sama Toyota dengan Pertamina, nanti mudah-mudahan makin banyak,” kata Eniya dalam talkshow “Carbon Neutrality (CN) Mobility Event di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta, belum lama ini.

“Ini sebuah awal. Saat itu saya melihat awal kendaraan hidrogen itu sekitar 2002 di Tokyo. Saat itu juga hanya ada satu dua stasiun pengisian bahan bakar hidrogen di Tokyo, setelah itu bergerak lebih jauh lagi,” tambah dia.

Pembangunan HRS merupakan hilir dari upaya perusahaan untuk mendorong tenaga hidrogen di Indonesia. Dengan begitu, bisa mendalami feasibility secara teknis, operasional, komersial hingga regulasi.

Nandi Julyanto selaku Presiden Direktur PT TMMIN mengatakan hidrogen ini menjadi salah satu energi alternatif untuk mencapai net zero emission. Toyota menyajikan beragam pilihan teknologi ramah lingkungan yang bisa diberikan oleh masyarakat Indonesia.

“Kami sampaikan di sini bahwa no one left behind, prefer BEV silahkan, hybrid silahkan, bahwa tidak ada single solution,” kata Nandi.

“Banyak solution tergantung dari masing masing daerah, negara. Paling akhir yang memutuskan itu konsumen,” jelasnya lagi.

Perlu diketahui hidrogen dibedakan dari proses pembuatannya. Sebenarnya hidrogen tidak memiliki warna, tetapi sebagai pembeda, hidrogen diberi warna abu-abu, biru dan hijau.

Saat ini sebagian besar hidrogen adalah abu-abu. Hidrogen ini bersumber dari bahan bakar fosil seperti gas bumi atau batu bara. Tentu saja masih ada jejak emisi karbon. Selanjutnya hidrogen biru bisa bersumber dari biomass, dan terakhir adalah hidrogen yang benar-benar bersih, yakni hidrogen hijau yang berasal dari air, sebagai hasil reaksi antara hidrogen dan oksigen.

Indonesia juga punya potensi besar dari hidrogen hijau seperti tenaga surya, air, angin, dan biomassa.

Menariknya Toyota juga membawa Mirai Gen-2 ke Indonesia. Durasi pengisian tangki hidrogen hingga penuh hanya dalam waktu 3 menit dengan menggunakan 700 Pascal HRS. Tenaga Mirai itu disebut mencapai 182 PS, jarak tempuhnya ikut meningkat menjadi sekitar 850 km.

“Ini sebuah awal. Saat itu saya melihat awal kendaraan hidrogen itu sekitar 2002 di Tokyo. Saat itu juga hanya ada satu dua stasiun pengisian bahan bakar hidrogen di Tokyo, setelah itu bergerak lebih jauh lagi,” kata Nandi.

“Kita tidak bisa pastikan (kapan mobil hidrogen bisa terjangkau), pengalaman Jepang saja dari 2002 sampai 2025 masih terbatas di kota-kota besar. Tapi sudah lumayan,” ungkapnya lagi.

“Tergantung sejauh mana, kalau kita lihat solar panel itu lama. Tapi sekarang langsung cepat banget. Sampai titik itu kapan kita perlu lihat,” jelas dia.

Cyrillus Harinowo penulis buku Multi-pathway for Car Electrification, yakin hidrogen akan menjadi keniscayaan di Indonesia.

“Hidrogen ini akan besar, selama ini kalau hidrogen diproduksi gas bumi itu relatif harganya akan lebih mahal,” kata Cyrillus.

“Waktu hidrogen diproduksi dari air, sumber tenaganya dari solar energi yang makin lama makin murah. Di situlah, hidrogen akan menjadi kompetitif,” kata dia.

“Menurut hitungan saya 10 tahun ke depan, saya kira kita sudah ada di sana,” ucapnya lagi.

“Jadi kalau titik itu terjadi. Mobil hidrogen akan berkompetisi dengan mobil listrik.”

“Di situ yang menariknya, kalau mobil listrik ngecas perlu setengah jam satu jam . Kalau mobil hidrogen dengan 3 menit jos Jakarta-Surabaya,” tutup dia.

(riar/din)

Membagikan
Exit mobile version