Rabu, Maret 12


Jakarta

Gubernur Dedi Mulyadi menyegel dan merobohkan bangunan wisata di kawasan Puncak, Cisarua, Bogor, yang melanggar alih fungsi lahan hingga menyebabkan banjir. Pemerhati Lingkungan dan Perubahan Iklim dari Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa mengatakan bahwa kawasan Puncak memang sudah semestinya direstorasi, termasuk mengubah konsep pariwisatanya.

Banjir bandang melanda kawasan Puncak pada awal Maret 2025 hingga mengakibatkan fasilitas umum rusak, tanah longsor, hingga memakan korban jiwa. Banjir itu dinilai diakibatkan oleh alih fungsi lahan lahan.

Mahawan menilai banjir di Puncak itu dikarenakan oleh dua faktor. Yang pertama, karena kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung yang terdegradasi. Kondisi itu disebabkan oleh berkurangnya tutupan hutan yang berubah menjadi perkebunan, pertanian, dan lahan terbangun.


“Termasuk oleh fasilitas wisata, seperti vila, resort, bangunan sarana tempat hiburan,” kata Mahawan dalam perbincangan dengan detikTravel beberapa waktu lalu.

Adapun, penyebab kedua banjir di Puncak adalah cuaca ekstrem, curah hujan yang sangat tinggi dan bersifat global.

“Saat ini kenaikan suhu permukaan bumi sudah melewati batas aman, yaitu 1,5°C di atas masa revolusi industri. Artinya, curah hujan akan semakin ekstrem atau frekuensi hujan semakin sering. Dampaknya, mengakibatkan potensi banjir akan semakin ekstrem dan sering,” dia menambahkan.

Mahawan mengatakan agar peristiwa serupa tidak terulang maka perlu dilakukan evaluasi secara menyeluruh. Sebab, Puncak sebagai hulu Sungai Ciliwung berperan penting bukan hanya untuk kawasan Puncak, namun juga Jabodetabek.

“Yang pertama, evaluasi dilakukan dengan berbasiskan upaya restorasi wilayah, bagaimana pun Puncak sebagai wilayah hulu memiliki peran penting dalam tata air. Kemudian, rasio lahan terbangun dan hutan atau vegetasi lainnya harus seimbang agar tidak ada erosi dan run off yang berlebihan sehingga menyebabkan banjir termasuk banjir bandang,” Mahawan menjelaskan.

Mahawan juga mengatakan restorasi wilayah itu juga dilakukan di kawasan wisata. Bahkan, sudah semestinya konsep pariwisata Puncak juga diubah agar tempat wisata tidak menjadi biang bencana.

“Sudah saatnya dilakukan restorasi. Sekali lagi, di sana hulu Sungai Ciliwung, tetapi wilayah puncak itu sudah terlalu banyak lahan terbangun. Sudah saatnya konsep wisata di sana diubah untuk menjadi destinasi wisata berkelanjutan. Indeks lingkungan juga harus lebih baik, tutupan vegetasi harus diperluas agar tidak lagi terjadi banjir bandang di Puncak atau pun di Jakarta,” Mahawan menegaskan.

Dedi mengatakan empat tempat wisata yang disegel itu adalah Pabrik Teh PT Perusahaan Perkebunan Sumber Sari Bumi Pakuan (PPSSBP), PTPN I Regional 2 Gunung Mas, PT Jaswita Jabar (Hibiscus Park), dan Jembatan Gantung Eiger Adventure Land di Megamendung.

Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan bahwa selain keempat lokasi tersebut, pemerintah telah mengidentifikasi 33 tempat wisata lain di kawasan Puncak Bogor yang juga berpotensi disegel. Itu sebagai hasil penilaian adanya pelanggaran peraturan lingkungan, termasuk alih fungsi lahan serta pembangunan yang melebihi batas ketentuan yang ditetapkan.

(fem/fem)

Membagikan
Exit mobile version