
Jakarta –
Dunia pondok pesantren tidak hanya belajar mengaji kitab kuning dan Al Quran saja. Ada juga seni rebana dan kaligrafi yang dipelajari oleh para santri.
Sejak dulu, rebana sudah menjadi salah satu media untuk menyampaikan dakwah agama Islam. Alat musik ini kerap dimainkan untuk mengiringi alunan salawat dan lagu-lagu bernuansa Islami.
Setiap pondok pesantren di berbagai daerah di Indonesia kerap mementaskan pertunjukan musik rebana. Pementasan musik rebana biasanya dilakukan ketika datang momen spesial seperti peringatan Maulid Nabi SAW hingga khataman Al Quran.
Para santri bahkan berlatih memainkan alat musik ritmis ini di sela-sela waktu senggangnya dalam menuntut ilmu. Pada bulan Ramadan para santri dari Pondok Pesantren Darul Amanah juga melaksanakan latihan rebana.
Kegiatan itu menjadi salah agenda ekstrakurikuler untuk mengisi waktu luang para santri selama kegiatan belajar mengajar (KBM) dan juga ibadah selama bulan Ramadan.
Pimpinan Pondok Pesantren Darul Amanah, KH Muhammad Fatwa, menyebut kegiatan latihan rebana menjadi salah satu ekstrakurikuler positif yang dilakukan oleh para santri. Selain menjadi penunjang di bidang seni, rebana juga diharapkan bisa menjadi salah satu alat dakwah bagi para santri saat kembali ke masyarakat.
“Kami berharap kepada santri tidak hanya bisa mengaji dan kegiatan ubudiyah saja, namun juga dalam seni dan kreativitas, salah satunya rebana,” kata Gus Fatwa, Minggu (16/3/2025).
Selain rebana, salah satu jenis seni lain yang kerap diajarkan di pondok pesantren adalah seni kaligrafi. Seni menulis indah dalam bahasa Arab ini sangat istimewa, tidak semua orang bisa menguasai seni ini.
Santri membuat kaligrafi Al Quran Foto: ANTARA FOTO/Henry Purba
|
Dikutip dari arsip detikEdu, seni kaligrafi sudah ada sejak masa kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan. Kaligrafi lahir ketika khalifah Utsman berupaya mengumpulkan ayat suci Al-Qur’an menjadi mushaf.
Sejak saat itu, kaligrafi menyebar dan berkembang ke berbagai negara hingga sekarang. Menurut Gus Fatwa, latihan menulis kaligrafi dapat menjadi sarana untuk melembutkan jiwa dengan keuletan dan ketelitian manusia.
Para santri yang menguasai seni kaligrafi dengan baik selama Ramadan maupun bulan lainnya diharapkan dapat menjadi pribadi yang halus dan mudah diterima di masyarakat.
“Manfaat kaligrafi selain menghasilkan keindahan karya seni, namun juga membangun jiwa yang terampil dan tekun, karena seorang penulis atau pelukis kaligrafi harus ditempa dengan ketelitian dan kesabaran untuk menciptakan satu tulisan yang indah,” tutup Gus Fatwa.
(wsw/wsw)