Selasa, Oktober 15


Jakarta

Sosok-sosok ini mempertahankan budaya Betawi di tengah kepungan modernisasi Jakarta. Siapa mereka dan apa alasan mereka?

detikTravel berbincang dengan tokoh masyarakat Kampung Condet, Dicki Arfansuri. Dia menyebut hanya cinta yang menjadi alasan melestarikan budaya Betawi.

“Karena ini berbicara mahabbah, kalau udah berbicara kecintaan kita kenang, dong. Kalau kita diwariskan tanah oleh orang tua, juga merupakan hasil warisan dari orang tuanya dan di Condet kita masih terwariskan, apakah pantas kita zalimkan, misalnya dengan menjual tanahnya, kan logikanya harus diwariskan lagi,” kata Dicki pada Jumat (11/10/2024).


Bukan hanya Dicki, rasa cinta sebagai alasan untuk melestarikan budaya Betawi disampaikan oleh Sekretaris Jenderal di Kampung Silat Rawa Belong, yakni Robi Indra. Dia mengatakan dengan landasan kecintaan maka halangan apapun akan dihadapi.

Robi menyatakan tidak hanya warga Betawi asli yang bisa menunjukkan kecintaan terhadap budaya Betawi. Bahkan, warga perantau yang sudah menetap lama pun bisa tumbuh dan mereka berhak disebut sebagai orang Betawi.

Ketua Umum Perguruan Cingkrik Rawa Belong, Robi Indra (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

“Tapi nggak cuma dari cerita keturunan, orang yang tinggal dan berdomisili di Jakarta itu bisa disebut Betawi. (Dengan catatan) orang yang cinta sama budaya dan mengembangkan budaya tersebut disebut orang Betawi juga, kan ada juga orang Betawi juga yang nggak ngembangin,” kata Robi.

Kemudian, Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi, Beki Mardani, menyatakan jika generasi di masa yang akan datang perlu rasa cinta untuk tergerak melestarikan budaya Betawi.

Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi, Beki Mardani (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Dia mengusulkan salah satu cara untuk melestarikan budaya Betawi adalah melalui sekolah. Yakni, ada pembelajaran tentang budaya Betawi di setiap jenjang sekolah seperti TK, SD, SMP hingga SMA.

“Sekolah itu kan muridnya di mana-mana anak Betawi juga nyampur di situ, udah belajar PLJB, belajar muatan lokal, dia mengenal segala macam dari seninya atau kulinernya, dia juga lahir di sini. Ada rasa, kan banyak sebetulnya orang-orang dari luar (Betawi) yang udah berdomisili di Jakarta merasa dirinya Betawi karena sudah menjalani budaya-budayanya,” kata Beki.

“Karena generasi ke depan, apalagi nilai-nilai Betawi yang terbuka, kawin-mawinnya udah antar etnis, bahkan ke asing,” ujar dia.

(upd/fem)

Membagikan
Exit mobile version