Kamis, Mei 16


Denpasar

CNA, media asing yang berbasis di Singapura, menyoroti soal ledakan turis yang terjadi di Bali usai pandemi Covid-19 reda. Bali disebut sudah tak seperti dulu lagi.

Dalam artikel berjudul ‘Not quite the Bali it used to be? This is what overtourism is doing to the island’, media itu menilai suasana di Bali sudah tidak sesantai dan sebebas dulu.

Pada Februari lalu, pemerintah katanya bahkan mengerahkan unit polisi pariwisata baru untuk menangani wisatawan asing dan domestik yang bermasalah, dari mabuk hingga meminta uang.


“Mereka pasti kehabisan uang dan kemudian mengemis. Ada kasus seperti itu,” kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Bali Dewa Nyoman Rai Dharmadi.

Sebanyak lebih dari 70 petugas polisi pariwisata telah dikerahkan di kawasan wisata populer, seperti Canggu, Seminyak, dan Kuta.

Salah satu tugas mereka adalah untuk memastikan wisatawan mengenakan pakaian yang pantas. Misalnya, mengenakan kain ikat yang disediakan di pura di Bali.

Perilaku para turis yang tak sepantasnya membuat Gubernur Bali Wayan Koster pada Mei lalu mengusulkan pembatasan jumlah pengunjung. Namun, usulan itu batal terwujud.

Tahun lalu, Bali mendeportasi 340 turis asing, naik dari 188 orang pada 2022. Turis asing yang dideportasi mayoritas berasal dari Rusia, Amerika Serikat, Inggris, dan Nigeria.

Pelanggaran yang mereka lakukan termasuk tinggal melebihi batas waktu, bekerja secara ilegal, dan mengekspos diri di tempat-tempat suci.

CNA menilai ketika wisatawan berbondong-bondong kembali ke Bali setelah pandemi covid-19, isu ledakan turis menjadi semakin nyata dibandingkan sebelumnya.

Pembangunan yang Masif Juga Disorot

Bali menjadi berita utama pada Desember 2023 karena kemacetan di jalan tol yang memaksa orang harus berjalan kaki hingga empat kilometer menuju ke bandara.

Wakil Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Bali Nyoman Sukma Arida mengatakan, kemacetan juga terjadi di Canggu, karena pembangunan yang masif.

Kini terdapat bangunan beton di setiap jalan di Canggu yang membuat kemacetan. Para pengembang, kata Arida, tertarik dengan Canggu karena harga tanah yang relatif murah.

Laporan Institut Transnasional yang berbasis di Amsterdam pada 2018 memperkirakan bahwa Bali kehilangan 1.000 ha lahan pertanian, karena pembangunan masif setiap tahunnya selama 15 tahun terakhir.

Sementara itu, menurut penelitian terbaru yang dilakukan profesor pertanian Universitas Udayana Wayan Windia, pulau dewata mengalami defisit beras sebesar 100 ribu ton per tahun.

——-

Artikel ini telah tayang di CNN Indonesia.

Simak Video “Tips Mengetahui Pemandu Wisata yang Resmi
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/fem)

Membagikan
Exit mobile version