Sabtu, Desember 14


Jakarta

Ducati mengenang masa-masa sulit, meskipun pernah dibela pebalap sekaliber Valentino Rossi. Kala itu, mengawinkan pebalap dan motor yang sama-sama dari Italia adalah mimpi, namun realisasinya jangankan meraih juara dunia, menang balapan sekalipun sulit.

Rossi berseragam pabrikan asal Borgo Panigale pada musim 2011 dan 2012. Tapi Pebalap kelahiran Tavullia ini ternyata tidak mampu menunjukkan statusnya sebagai legenda hidup MotoGP.

Pada musim pertamanya di Ducati, Rossi finis di urutan ketujuh klasemen akhir pebalap dengan 139 poin. Dari 18 seri, pebalap Italia ini cuma naik podium sekali. Lalu Valentino Rossi dan Ducati pun berpisah pada akhir musim 2012. Total selama berseragam Ducati, dia hanya meraih tiga podium.


Mauro Grassilli, Sporting Director Ducati Corse, mengamini kehadiran Rossi saat itu awalnya dinilai bisa jadi juru selamat Ducati yang bisa meraih kemenangan pasca ditinggal Casey Stoner.

“Dia (Rossi) datang ke Ducati sebagai fenomena yang dapat menyelamatkan dari situasi tidak sulit, tetapi dapat ditingkatkan,” kata Grassilli.

Sayangnya motor yang dirancang Ducati tidak nyetel dengan Rossi. Bahkan dia menyebut Rossi ingin mengubah Ducati jadi motor Yamaha.

“Masalahnya adalah tidak diketahui dengan jelas seperti apa motor itu, kedatangan Valentino dan kebutuhan untuk menyediakan motor yang cukup kompetitif bagi Valentino,” kata Kepala Mekanik Ducati saat itu, Juan Martinez.

Apalagi permintaan Rossi bahkan tidak sesuai dengan konsep Desmosedici yang telah dikembangkan.

Akhir pekan bersama Ducati lebih banyak kekecewaan. Masa tinggal Rossi di Borgo Panigale menyisakan noda kegagalan dan keputusasaan bagi Ducati.

“Sepeda motor yang dirancang oleh Filippo Preziosi adalah sepeda motor yang dirancang, didesain, dan dikonsep untuk tidak memiliki sasis perimeter, dan kedatangan Valentino bahkan mengubah bagian yang sangat penting dari proyek ini, sedikit dengan tujuan mengubah Ducati menjadi Yamaha,” ujar Martinez.

Ducati sekarang jadi incaran para pebalap. Motornya superior di atas lintasan. Ducati kala itu belum siap menampung Rossi.

“Memang sebuah kesalahan ketika kami merekrut Valentino ke Ducati, saat itu kami belum siap. Ducati belum siap menangani Valentino Rossi, sedangkan sekarang kami jauh lebih siap. Saya juga mengingatkan bahwa sekarang kami punya dua juara dunia. Saat anda menangani Francesco Bagnaia, saya tidak melihat alasan mengapa Anda tidak mampu menangani Marc Marquez,” ucap Manajer Ducati, Tardozzi.

“Dengan Valentino, saat itu timing-nya benar-benar keliru dengan Jorge Lorenzo, menurut saya dia membuat kesalahan karena terburu-buru bergabung dengan Honda. Seandainya dia menunggu beberapa hari, ceritanya akan berbeda,” Tardozzi menambahkan.

(riar/lth)

Membagikan
Exit mobile version