Jumat, September 13


Jakarta

Viral di media sosial nama Marie Antoinette, ratu Prancis yang mati dieksekusi. Siapakah sosok kontroversial yang dibicarakan netizen itu?

Dilansir dari chateauversailles.fr, Kamis (22/8/2024) Marie Antoinette adalah korban keadaan dan dikaitkan dengan kemerosotan otoritas moral monarki Prancis pada tahun-tahun terakhir rezim kuno. Meskipun kemewahan istananya hanyalah penyebab kecil dari kekacauan keuangan negara Prancis pada masa itu.

Marie Antoinette lahir pada 2 November 1755, di Wina, Austria. Dia putri bungsu dari Permaisuri Maria Theresa, penguasa Kekaisaran Habsburg, dan suaminya Francis I, Kaisar Romawi Suci.


Di masa mudanya, ia adalah pion di papan catur diplomatik Eropa, saat Prancis dan Austria dalam hubungan yang buruk. Saat Marie Antoinette baru berusia 14 tahun, dia pun menikah dengan Dauphin Louis (Louis XVI), cucu Raja Prancis Louis XV, pada 16 Mei 1770.

Setelah Louis XV mangkat, suaminya pun naik menjadi raja. Louis XVI tergila-gila pada istrinya dan mengizinkannya mengambil peran di Istana yang belum pernah diberikan kepada dua ratu sebelumnya, Maria Theresa dari Spanyol dan Marie Leszczyńska.

Marie Antoinette pun tak tanggung-tanggung menikmati kekuasaan yang diberikan. Seringkali dia mengadakan pesta dan mendukung para seniman. Dia juga seorang pemain biliar dan berjudi dengan taruhan yang seringkali berlebihan. Raja menjadi khawatir dan melarang beberapa permainan yang lebih berisiko yang menghabiskan seluruh kekayaannya.

Marie Antoinette juga seorang musisi, memainkan harpa dan harpsichord. Dia juga bisa bernyanyi. Ia mendukung komposer yang ia kagumi, seperti Grétry, Gluck, dan Sacchini.

Ia memiliki selera yang sangat tinggi. Dan sebagai hasilnya menjadi pelindung bagi banyak seniman, salah satunya pelukis Élisabeth Vigée Le Brun, yang kariernya yang sukses sebagai pelukis potret sangat bergantung pada dukungan Ratu, dan dia menghasilkan sekitar tiga puluh potret dirinya.

Ratu juga melek dengan fashion yang akhirnya membuat ibunya kesal.

Rumah tangga Marie banyak diterjang isu sebagai dampak dia belum juga punya keturunan. Namun, setelah delapan tahun menikah, akhirnya Marie melahirkan anak pertamanya, Marie Thérèse, yang dikenal sebagai Madame Royale. Tak lama kemudian lahirlah oleh seorang Dauphin, Louis Joseph Xavier-François pada tahun 1781.

Beberapa tahun kemudian, ia melahirkan Louis Charles, yang kemudian menjadi Dauphin setelah kematian kakak laki-lakinya pada tahun 1789. Dia juga melahirkan Sophie-Béatrice, yang hidup hanya beberapa bulan.

Kematian Sophie-Béatrice dan Dauphin pertama secara berturut-turut merupakan cobaan yang sangat menyakitkan bagi dirinya dan bagi Raja.

Menjadi musuh rakyat

Di bawah pengaruh ibunya, Marie Antoinette menyelupkan kakinya dalam dunia politik dan disambut dengan cemoohan oleh Istana. Madame Adélaïde Marie-Adélaïde de France (1732-1800), salah satu dari delapan putri Louis XV dan Marie Leszczynska (iparnya) tidak akan mentoleransi perilaku aneh apa pun dari pihak Ratu, walau yang dilakukannya benar.

Perwakilan istana menyebutnya ‘Si Austria’ hingga kematiannya. Meskipun opini publik tentangnya awalnya sangat mendukung, Ratu secara bertahap menjadi sasaran pamflet, fitnah, sasaran publikasi yang kritis, satir, bahkan memfitnah secara terang-terangan, dan karikatur.

Semua itu semakin intensif setelah Peristiwa Kalung Berlian pada tahun 1785, penipuan yang menjadikannya sebagai korban yang tidak bersalah. Semua pengeluarannya dikulik dan sering kali dibesar-besarkan. Dia juga dituduh semakin menguras kas kerajaan.

Setiap upaya untuk memenangkan kembali opini publik gagal, dan ketika Revolusi meletus, Ratu menjadi sosok yang benar-benar dibenci.

Kebencian rakyat terhadap ratu menjadi pendorong penyerbuan Istana Tuileries dan penggulingan monarki pada tanggal 10 Agustus 1792.

Marie Antoinette menghabiskan sisa hidupnya di penjara-penjara Paris. Putri de Lamballe, yang tetap setia kepada ratu selama Revolusi, dipenjarakan bersamanya. Lamballe menolak untuk bersumpah melawan monarki, dan pada tanggal 3 September 1792, ia diserahkan ke tangan massa Paris. Mereka memenggal kepalanya dan mengaraknya dengan tombak di luar jendela Marie-Antoinette.

Louis XVI dieksekusi atas perintah dari Konvensi Nasional pada bulan Januari 1793, dan pada bulan Agustus sang ratu dimasukkan ke dalam sel isolasi di Conciergerie. Ia dibawa ke hadapan pengadilan Revolusi pada tanggal 14 Oktober 1793, dan dipenggal dua hari kemudian.

Ia menunjukkan keberanian yang luar biasa selama persidangannya di hadapan Pengadilan Revolusioner dan saat eksekusinya pada tanggal 16 Oktober 1793 di tempat yang sekarang dikenal sebagai Place de la Concorde. Pada tahun 1815 jenazahnya, bersama dengan jenazah Louis XVI, dipindahkan dengan upacara yang sesuai ke Biara Saint-Denis dan ditempatkan di ruang bawah tanah.

Kutipan populer ‘Let them eat cake’

‘Let them eat cake’ menjadi kutipan populer yang dikaitkan dengan dengan Marie-Antoinette. Dikutip dari Britannica, kutipan tersebut merupakan respons ratu saat diberi tahu bahwa rakyat jelata yang kelaparan tidak punya roti.

Namun, apakah ia benar-benar mengucapkan kata-kata tersebut? Mungkin tidak. Frasa asli Prancis yang seharusnya diucapkan Marie Antoinette “Qu’ils mangent de la briochet” yang diterjemahkan “Biarkan mereka makan brioche.” Brioche adalah roti lezat yang dibuat dengan telur dan mentega, hampir semewah cake.

Karena cake lebih mahal daripada roti, anekdot tersebut dikutip sebagai contoh ketidakpedulian Marie Antoinette terhadap kondisi dan kehidupan sehari-hari warganya yang miskin.

(sym/fem)

Membagikan
Exit mobile version