Sabtu, Desember 21


Jakarta

Perjalanan karir wanita ini cukup menarik. Berawal kerja di restoran ternama di Asia, ia berujung mendirikan warung kaki lima dan restoran yang lebih trendy.

Bekerja di industri kuliner bukanlah hal yang mudah. Banyak lulusan institusi kuliner terkenal juga perlu melalui perjalanan karir yang panjang dan menantang untuk mencapai kesuksesan.

Belum lama ini, seorang wanita asal Singapura membagikan kisah perjalanan karirnya yang menarik perhatian. Gwyneth Ang, awalnya belajar tentang kuliner di Culinary Institute of America di Singapura.


Pada saat itu, ia harus mencari restoran untuk magang dan akhirnya memilih bekerja di restoran Burnt Ends, sebuah restoran BBQ bergaya Australia. Usai lulus, warga Singapura ini juga melanjutkan kerja di tempat tersebut.

Restoran Burnt Ends bukanlah sebuah restoran biasa. Mereka telah menduduki peringkat ke-15 dalam daftar 50 Restoran Terbaik di Asia dan peringkat ke-68 dalam daftar global, lapor Business Insider (14/10/2024).

Ang mengawali karirnya dengan magang di restoran begengsi. Foto: Business Insider/ Erin Liam

Ia meniti karir di sana dari seorang pekerja magang sampai akhirnya menjadi seorang profesional. Namun, setelah dua tahun bekerja di restoran dapur ternama itu, Ang memutuskan pindah.

Ang ingin lebih fokus kepada masakan lokal. Ia juga selalu bangga dengan budaya makanan lokal di negaranya.

Akhirnya ia berhenti kerja dari restoran BBQ dan beralih membuka warung makan kaki lima sendiri. Hidangan yang ia pilih untuk dijual adalah mi udang khas Singapura.

Ia menjual mie udang racikan sendiri yang disesuaikan seperti yang biasa ia masak di rumah. Akhirnya Ang bermitra dengan seorang teman yang ditemuinya di Burnt Ends untuk membuka warung makan kaki lima.

Tahun 2019, mereka membuka warung tersebut dengan menginvestasikan 60.000 dolar Singapura (Rp 714.936.600,00).

Ia lalu keluar dari restoran berbintang itu, lalu membuka warung makan kaki lima yang menawarkan hidangan mie udang. Foto: Business Insider/ Erin Liam

Perubahan besar terjadi dimana Ang harus beradaptasi dari dunia restoran berbintang menjadi mengelola warung makan kaki lima. Ang perlu menghadapi jam kerja panjang, kondisi area kerja yang sempit, dan laba yang sedikit.

Usai tiga tahun berdiri, chef tersebut baru berhasil mendapatkan kembali modalnya. Pasalnya, ada batasan harga untuk menjual makanan di warung kaki lima.

Di tengah harga bahan yang terus naik, ia perlu berjuang melawan ekspektasi bahwa harga makanan lokal harus kurang dari 6 SGD (Rp 71.000).

Karena hal ini, pada tahun 2021 chef itu memperluas usahanya menjadi restoran terbuka dengan layanan lengkap. Restoran tersebut diberi nama One Prawn & Co dan kemudian diganti menjadi Zhup Zhup.

Namun, ia mengembangkan warung kaki lima itu jadi restoran yang lebih kasual dan trendy. Foto: Business Insider/ Erin Liam

Keputusannya dalam membangun restoran ini juga dilihat dari kondisi warung makan kaki lima di Singapura. Menurutnya, secara tradisional makanan kaki lima dipandang enak dan harganya terjangkau.

Namun, hal ini dapat memengaruhi pemilik kios karena mereka harus menyeimbangkan kenaikan biaya operasional. Ang pun setuju jika pedagang kaki lima muda tidak boleh menyerah mengejar kualitas dan menetapkan harga yang pantas.

Di restoran ne Prawn & Co, Ang menjual makanan lokal, seperti hokkien mee dan pao fan. Ia juga menyediakan mie udang lainnya seharga 14 SGD (Rp 166 ribu) dan mie udang supreme seharga 20 SGD (Rp 238 ribu) yang disajikan dengan topping iga babi, bola udang, kerang, dan irisan daging babi.

Mie udang ini disajikan dengan kuah bening berbahan dasar dari kaldu babi. Kuah mie yang Ang buat juga menggunakan 18 kg kepala udang dan lebih dari 27 kg tulang babi, lalu direbus selama 20 jam. Hidangan mie udang tersebut pun akan disajikan dalam pot tanah liat.

Kini dirinya telah sukses menjalani bisnis restoran tersebut. Foto: Business Insider/ Erin Liam

Keputusannya dalam memperluas warung makan kaki limanya ini membuahkan hasil maksimal. Sampai-sampai pada 2022, restoran kasual tersebut meraih penghargaan Michelin Bib Gourmand pertamanya.

Bahkan, Ang akhirnya mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan grup perhotelan Singapura, Lo & Behold Group. Restoran itu menyajikan hidangan laut panggang Asia modern di malam hari dan ramen kuah udang di siang hari.

Tujuan selanjutnya Ang ingin mendapat bintang dari Michelin. Oleh karena itu, ia akan berusaha memberikan yang terbaik.

(aqr/adr)

Membagikan
Exit mobile version