Kamis, Oktober 24

Jakarta

Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) generatif dan 5G bukan hanya bisa dimanfaatkan konsumen biasa, tapi juga aneka industri, termasuk manufaktur. Tapi perusahaan tidak bisa asal terjun untuk mengadopsi kedua teknologi ini.

Menurut hasil riset McKinsey, AI generatif bisa menghasilkan ekonomi sebesar USD 7 triliun secara global. Sementara itu, industri manufaktur diprediksi bisa menyumbang 25% dari total pendapatan domestik bruto Indonesia pada tahun 2030.

“Saya sangat yakin Indonesia akan bisa menangkap sebagian porsi dari USD 7 triliun, terutama untuk manufaktur,” kata Bo Li, Associate Partner McKinsey & Company, dalam konferensi pers Ericsson Hackathon 2024 di Jakarta, Rabu (23/10/2024).


“Jadi ini sangat penting. Ini adalah sektor yang sangat penting untuk diperhatikan dan terus berinovasi,” sambungnya.

Bo Li, Associate Partner McKinsey & Company (tengah) dan Ketua Umum Dewan Transformasi Digital Industri Indonesia (WANTRII), Ir Fadli Hamsanini (kiri) di konferensi pers Ericsson Hackathon 2024. Foto: Virgina Maulita Putri/detikINET

Li menjelaskan adopsi solusi digital seperti AI dan 5G bisa meningkatkan produktivitas perusahaan hingga 40-70%. Kedua teknologi ini memiliki banyak use case di industri manufaktur, mulai dari sektor produksi, rantai pasokan, warehouse, sampai riset dan pengembangan hingga marketing.

Namun, Li menekankan bisnis harus memiliki roadmap yang jelas sebelum melakukan transformasi digital. Hal ini juga diamini oleh Ketua Umum Dewan Transformasi Digital Industri Indonesia (WANTRII), Ir Fadli Hamsanini.

Dalam kesempatan yang sama, Fadli menjelaskan integrasi AI di manufaktur membutuhkan infrastruktur yang mapan. Ia mencontohkan pernah menemukan perusahaan gencar melakukan transformasi digital tapi melupakan infrastrukturnya sehingga akhirnya mandek dan harus mengulang dari awal.

“Anda perlu bersiap dari sekarang karena perjalanan transformasi digital akan membawa Anda ke tahap yang membutuhkan (koneksi) cepat, yang akan membutuhkan bandwidth, yang membutuhkan slicing, yang membutuhkan latensi, yang mana enabler dan jawabannya adalah 5G,” jelas Fadli.

(vmp/vmp)

Membagikan
Exit mobile version