
Jakarta –
Perusahaan robotika kelautan asal Inggris, Ocean Infinity, melakukan pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370, lebih dari satu dekade setelah Boeing 777 itu menghilang. Perusahaan itu mengerahkan beberapa teknologi canggih.
Kapal milik Ocean Infinity, Armada 7806, dilaporkan telah mulai menjelajahi dasar laut untuk mencari bangkai kapal tersebut dan berupaya memecahkan salah satu misteri terbesar dalam dunia penerbangan.
Menteri Perhubungan Malaysia mengonfirmasi perusahaan swasta kembali mencari MH370, dengan area pencarian baru sekitar 1500 km di barat Perth. Pemerintah Malaysia sudah mengumumkan bulan Desember pencarian akan dilanjutkan, di mana perusahaan Inggris itu akan mencari selama 18 bulan dan dibayar USD 70 juta, tapi hanya jika mereka menemukannya.
Situs web pelacakan kelautan menunjukkan kapal Ocean Infinity sudah tiba di zona pencarian baru di Samudra Hindia. Misi ini diprediksi jadi yang terakhir untuk mencari MH370. Pada 8 Maret 2014, penerbangan Malaysia Airlines dengan 239 penumpang dan awak itu menghilang dari Kuala Lumpur ke Beijing.
Upaya pencarian baru mengerahkan kendaraan bawah air otonom (AUV) mutakhir dari kapal Ocean Infinity untuk pemindaian dasar laut. AUV, yang mampu turun hingga 6 km, dioperasikan via satelit dari pusat kendali perusahaan di Southampton dan akan menjelajahi empat area yang diidentifikasi sebagai lokasi kecelakaan potensial oleh para peneliti.
Dikutip detikINET dari Independent, AUV pada Armada 7806 Ocean Infinity, yang dibuat pada tahun 2023, dapat menghabiskan empat hari di dalam lautan, dua kali lebih lama dari pendahulunya.
Pencarian baru difokuskan pada area busur seluas 15.000 km persegi di Samudra Hindia bagian selatan. Area itu ditentukan berdasarkan data termasuk sinyal satelit dan transmisi radio, yang menurut Kuala Lumpur dapat dipercaya.
Armada 7806, yang dianggap sebagai kapal tercanggih secara teknis dari jenisnya, kemungkinan akan mencari di tiga hingga empat titik tempat para peneliti menyebut ada kemungkinan bangkai pesawat itu berada.
Kapal tersebut diperkirakan akan menghabiskan hingga enam minggu untuk mensurvei area tersebut, dengan jeda untuk mengisi kembali persediaan di Fremantle, Australia Barat, yang berfungsi sebagai pangkalan untuk operasi pencarian sebelumnya.
Pencarian baru difokuskan di sekitar area busur Samudra Hindia bagian selatan, titik tempat pesawat diyakini mengakhiri perjalanannya. Area ini ditentukan menggunakan data satelit dari Inmarsat, yang melacak komunikasi terakhir pesawat.
Zona pencarian kedua diidentifikasi lebih jauh ke selatan berdasarkan hipotesis bahwa MH370 mungkin telah menempuh jarak lebih jauh dari perkiraan sebelumnya setelah kehabisan bahan bakar.
Area pencarian ketiga yang potensial diidentifikasi menggunakan data dari operator radio amatir, yang pemancar WSPR-nya mengirimkan pulsa radio berdaya rendah ke seluruh dunia setiap dua menit. Ketika pesawat melewati sinyal-sinyal ini, dapat terjadi gangguan.
Sebelumnya, insinyur kedirgantaraan Richard Godfrey menganalisis 130 gangguan sinyal tersebut di atas Samudra Hindia pada malam hilangnya MH370. Ia menyatakan bahwa gangguan itu dapat menunjukkan jalur terakhir pesawat tersebut.
(fyk/afr)