Kamis, Mei 16


Jakarta

Yogyakarta memiliki tradisi yang unik dan sedang viral belakangan ini. Salah satunya penyembelihan sepasang boneka pengantin berpaes Jawa. Lalu apa maknanya?

Dihimpun detikTravel, Senin (15/4/2024), kegiatan itu dilakukan oleh masyarakat Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Sleman. Mereka yang menggelar tradisi Saparan Bekakak, yakni dua pasang boneka pengantin yang terbuat dari beras ketan disembelih di dua lokasi.

Tradisi Saparan ini yang digelar pada bulan Sapar pada hari Jumat Legi berdasarkan penanggalan Jawa. Acara tahunan ini pun menarik ribuan warga masyarakat Sleman juga wisatawan luar lain.


Pada tahun 2019, ritual ini dimulai sejak pukul 14.00 WIB dengan ribuan warga sudah mulai berkumpul memadati sepanjang jalur kirab, yaitu mulai dari Lapangan Ambarketawang, Perempatan Delingsari, Jalan Wates, Jalan Brawijaya hingga menuju Gunung Gamping.

Saparan Bekakak (Foto: Wendy S/detikcom)

Mulai acara

Upacara Saparan Bekakak dimulai pukul 15.30 WIB diawali dengan berkumpulnya seluruh peserta di lapangan Ambarketawang. Kemudian sekitar 40 kelompok peserta kirab melakukan arak-arakan mengawal dua pasang boneka pengantin.

Bekakak atau boneka pengantin yang terbuat dari tepung beras ketan itu ditandu oleh warga. Bekakak tersebut dibuat oleh dusun Gamping Kidul. Kedua pasangan bekakak itu dikawal bregada prajuti serta raksasa gendruwo, wewe dan ogoh-ogoh.

Setelah diarak, boneka Bekakak dibawa ke dua titik tempat penyebelihan, yaitu bekas pesanggrahan Gunung Gamping dan Dukuh Gamping Kidul, samping Universitas Jendral Achmad Yani. Sesampainya di tempat dilakukan penyembelihan satu persatu, boneka yang dibuat dari tepung ketan dan gula merah itu.

Sesudah prosesi penyembelihan selesai dilakukan, potongan boneka bekakak dan isi gunungan yang diarak tersebut kemudian dibagikan kepada pengunjung.

Makna penyembelihan boneka pengantin

Jadi, semalam sebelum prosesi, masyarakat Ambarketawang terlebih dulu melaksanakan acara midodareni. Ada kirab dua pasang bekakak dengan ditambah sesaji kemudian diarak dari Gamping Kidul ke Kelurahan Ambarketawang untuk diserahkan ke lurah Ambarketawang.

Mereka dimalamkan di balai desa hingga kemudian diarak kembali keesokan harinya dan disembelih.

“Upacara Saparan Bekakak ditujukan untuk menghargai jasa Kyai Wirasuta dan Nyai Wirasuta yang sudah setia mengabdi di pesanggrahan Ambarketawang hingga akhir hayatnya,” kata Kepala Pelaksanaan dan Pengamanan Upacara Saparan Bekakak Andri Yudi Irawan saat ditemui di Lapangan Ambarketawang.

“Keduanya meninggal ketika terjadi musibah longsornya Gunung Gamping di dekat pesanggrahan Ambarketawang di bulan Sapar. Namun ketika Sri Sultan Hamengkubuwono I mengutus untuk mencari jasad keduanya, jasad mereka tidak ditemukan,” lanjutnya.

Simak Video “Melihat Tradisi Saparan Bekakak yang Ada Sejak Tahun 1755
[Gambas:Video 20detik]
(msl/fem)

Membagikan
Exit mobile version