Senin, Juli 8


Jakarta

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan buka suara soal wacana tarif bea masuk 200% untuk barang impor dari China. Menurutnya, telah terjadi salah tafsir dan berbagai spekulasi dari wacana ini, khususnya yang berkaitan dengan hubungan dagang antara China dan Indonesia.

Dia menegaskan Indonesia tidak akan menjadi negara yang mudah saja mengekor negara lain, termasuk China. Namun, Indonesia juga ingin menjaga hubungan baik sebagai mitra.

Luhut bilang wacana bea masuk 200% yang berembus belakangan ini telah menimbulkan beberapa salah tafsir dari pihak China yang merupakan mitra dagang Indonesia yang cukup dekat.


“Indonesia tidak ingin sekadar mengekor bebek saja kepada negara-negara tertentu padahal kita memiliki kepentingan nasional yang harus diamankan. Karena itu terkait penerapan tarif 200% dari Tiongkok perlu diklarifikasi dengan baik sehingga tidak menimbulkan salah tafsir dari partner kita,” ungkap Luhut dalam keterangannya, Jumat (5/7/2024).

Dalam Rakortas yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tanggal 25 Juni 2024, Luhut menyatakan pemerintah memang memutuskan untuk melakukan perlindungan terhadap industri dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan yang ada dan norma-norma perdagangan internasional yang berlaku.

Salah satu langkah yang diambil adalah penerapan safeguard tariff untuk beberapa produk tekstil yang sebenarnya sudah diberlakukan dan saat ini sedang dalam perpanjangan periode waktu.

Safeguard ini diberlakukan untuk seluruh barang impor tanpa membedakan asal negara tertentu. Pengenaan safeguard juga tak serta merta asal-asalan menunjuk pada semua komoditas, pemerintah membuka pintu penyelidikan terhadap praktik-praktik perdagangan yang tidak fair, seperti misalnya dumping.

Nah komoditas semacam ini lah yang mungkin akan dikenakan safeguard tariff. Luhut menegaskan safeguard tariff juga tidak menargetkan satu negara tertentu saja, apalagi China. Semua kebijakan diambil dengan kajian mendalam.

“Jadi kita tidak menargetkan negara tertentu, apalagi Tiongkok. Semua langkah diambil berdasarkan national interest kita. Ini perlu dikaji betul-betul supaya kebijakan yang diambil benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan industri dalam negeri,” tegas Luhut.

Lebih lanjut, Luhut menegaskan China sendiri adalah salah satu mitra dagang strategis terpenting Indonesia dalam hal perdagangan dan investasi. Indonesia berkomitmen untuk terus menjaga hubungan baik ini dengan terus berkomunikasi dan berdialog terkait langkah-langkah kebijakan antar kedua negara.

“Kami ingin memastikan bahwa hubungan baik Indonesia dengan negara mitra terus mengedepankan prinsip saling percaya, saling menghargai, dan saling melengkapi. Saya memahami betul kemitraan strategis dengan negara sahabat adalah kemitraan yang senasib sepenanggungan, khususnya dalam keadaan global yang tidak menentu seperti yang terjadi pada saat penanganan COVID-19,” pungkas Luhut.

(hal/rrd)

Membagikan
Exit mobile version