Rabu, November 6


Jakarta

Wacana pembatasan pembelian BBM subsidi sempat bikin heboh masyarakat. Isu ini pertama kali dilontarkan oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Belakangan, Luhut justru menyatakan pemerintah tidak akan mengubah sistem pembelian maupun harga jual BBM subsidi untuk sepeda motor. BBM subsidi dijamin akan tersedia buat 130 jutaan sepeda motor tanpa ada pembatasan. Namun dia tak bicara apakah hal serupa akan diberlakukan sama pada kendaraan roda empat alias mobil.

“Saya udah pernah ngomong saya mau ulangi lagi. Tidak akan ada perubahan mengenai pembelian, atau harga Pertalite kepada 130 jutaan sepeda motor. Nggak akan ada itu,” tegas Luhut ditemui di Ritz Carlton Hotel, Jakarta Selatan, Kamis (25/7/2024).


Meski begitu, Luhut menyampaikan masih ada kemungkinan kebijakan pembatasan subsidi BBM untuk masyarakat yang sudah mampu diberlakukan oleh pemerintah. Dengan kata lain, masyarakat yang dianggap mampu tidak akan bisa beli BBM subsidi.

Selain itu, menurut Luhut, Indonesia bisa hemat Rp 45 triliun lebih dengan adanya penyaluran BBM subsidi lebih tepat sasaran. Namun, Luhut tak menjelaskan apa upaya yang akan dilakukan untuk melakukan kebijakan itu.

“Yang sekarang kita hitung-hitung, ngapain mensubsidi untuk bensin saya gitu. Itu kan rugi kita banyak. Mestinya kita hemat Rp 45 triliun atau lebih. Jadi kita lagi mikir hitung sekarang bagaimana,” beber Luhut.

BBM Baru Rendah Sulfur

Di sisi lain, Luhut juga buka suara soal kabar akan adanya BBM jenis baru yang dirilis pemerintah. Dia bilang sebenarnya yang akan diluncurkan bukan BBM baru, pemerintah hanya meningkatkan kualitas BBM yang sudah ada saat ini. Targetnya, pemerintah akan meluncurkan BBM dengan kandungan sulfur berstandar Euro IV dan V.

“Nggak ada BBM baru. Masih sama. Tapi dengan kualitas yang lebih bagus, Euro IV, Euro V. Kita mau standar ke situ,” kata Luhut.

Luhut bilang sejauh ini ada dua opsi yang akan ditempuh pemerintah untuk meningkatkan kualitas BBM. Bisa lewat produk ramah lingkungan bioetanol ataupun penyesuaian pengelolaan kilang untuk produksi BBM sulfur rendah.

“Pilihannya bioetanol atau nanti anunya (kilang) Pertamina di-refurbished sehingga nanti mereka memproduksi bensin yang low sulfur,” ujar Luhut.

“Tapi kan refinery-nya harus diperbaiki, karena refinery kita itu lama kan jadi harus ada penyesuaian sana sini,” lanjutnya.

Nah hal ini tentu akan menambah beban produksi, maka dari itu kemungkinan akan ada kenaikan harga BBM yang dilakukan secara bertahap untuk yang non subsidi. Kenaikan itu dinilai Luhut akan dilakukan bertahap sehingga tak membebani masyarakat.

“Nah pikiran kita kalau pun nanti dengan perbaikan, ini integrated ini, nanti bisa saja kenaikannya nanti Rp 10 atau Rp 20 overtime jadi tidak terasa,” ujar Luhut

(kil/kil)

Membagikan
Exit mobile version