Tak jauh dari Mandalika International Circuit yang diresmikan oleh Presiden Jokowi, kami bergerak menuju Bukit Merese yang jaraknya sekitar beberapa kilometer saja.
Bukit Merese berada satu kawasan dengan kawasan Pantai Tanjung Aan di wilayah Kuta Lombok. Jika Anda bergerak dari Mataram maka anda cukup menempuh waktu dua jam.
Matahari hampir tergelincir ketika rombongan kami sampai di parkiran yang telah penuh dengan beberapa bus besar. Tidak ada petugas tiket, tidak ada gapura di pintu masuk, tidak juga kita temukan kios penjual kenang-kenangan.
Di Bukit Merese, bisa dibilang sangat ramah bagi turis yang berkantong tipis, karena lokasi ini tidak ditarik biaya kecuali tiket parkir sebesar Rp.15.000 untuk bus besar.
Untuk mencapai lokasi titik tercantik kita perlu melalui jalan lebar menanjak sekitar 10 menit. Jalanan berbatu kerikil tersebut siang itu penuh lalu lalang pengunjung meskipun bukan musim liburan.
Jika Anda merasa tidak sanggup melalui jalan mendaki tersebut, ada beberapa ojek motor yang akan mengantar anda ke puncak bukit. Setelah melalui jalanan berkerikil menanjak itu, sampailah kami di puncak hamparan bukit yang luas.
Hamparan bukit gundul tanpa pohon itu menjadikan nama bukit itu dengan nama Bukit Merese atau bukit gundul. Hamparan bukit bertemu dengan lautan terbentang, Samudra Hindia.
Ada beberapa remaja asli Lombok yang menawarkan jasa fotografi dengan teknik sederhana tetapi hasilnya sangat bagus.
“Kak, sini saya ambilkan foto seperti mengangkat bukit. Untuk bantu saya membeli tas sekolah, Kak,” rayu seorang remaja laki-laki dengan logat Lombok.
Dengan lincah dia kesana kemarin mengarahkan gaya para turis untuk mendapat hasil foto di spot tercantik di Bukit Merese. Bukit Merese menawarkan pemandangan menakjubkan sunset juga sunrise di lokasi yang sama.
Sayangnya bulan November di Lombok Masih belum mulai turun Hujan, sehingga bukit masih belum menghijau. Jika beruntung bukit hijau dan sekumpulan kerbau yang merumput akan jadi pengalaman unik.
Satu lagi lokasi wajib di Lombok yang tidak berbayar saat memasukinya adalah berkunjung ke Desa Sukarare. Desa ini berada di Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.
Desa ini terkenal sebagai penghasil songket Lombok dengan kualitas bagus. Saat kita sampai di lokasi kita disambut para inaq yang sedang menenun.
Di belakang inaq berjajar kain songket berwarna warni. Harga sehelai kain songket mulai Rp 150.000 hingga jutaan. Harga tersebut sesuai dengan tingkat kesulitan, motif, dan ukuran kain.
Apa saja yang kita bisa lakukan di Desa Sukarare, Lombok?
1. Belajar menenun dengan bimbingan inaq
2. Berbelanja kain, baju, topi, sarung, dan lain sebagainya
3. Mengenakan baju adat Sasak bernama lambung untuk perempuan dan pegon untuk pria. Ada banyak baju adat yang mereka sediakan untuk dipinjam dan gratis
4. Berfoto di rumah adat Sade yang berada di samping lokasi toko cenderamata
5. Berbelanja sepuasnya, setidaknya untuk menghargai penduduk desa yang telah bekerja turun temurun memproduksi kain songket. Bahkan untuk motif tertentu mereka membutuhkan waktu 3 bulan untuk dua meter kain.