Senin, Maret 17


Jakarta

Lion Group memiliki sejumlah simulator untuk melatih kemampuan para pilot yang dimiliki. Langkah ini dilakukan untuk memastikan setiap penerbangan bisa berjalan aman dan nyaman.

Head of Training and Development Lion Group Training Center Capt Taufik Hidayat mengatakan simulator yang dimiliki oleh Lion Group terdapat di Lion Group Training Center, Bandara Mas, Tangerang dan ada pula di Thailand. Dia menjelaskan kehadiran simulator tersebut bertujuan untuk mengetes kemampuan para pilot dalam menerbangkan pesawat di berbagai kondisi.

“Fasilitas pilot itu paling utama adalah simulator, tapi di sebelum simulator juga ada beberapa pendukung,” kata Taufik kepada detikcom beberapa waktu lalu di Lion Group Training Center (LGTC) Bandar Mas, Tangerang, beberapa waktu lalu.


Dia menjelaskan untuk LGTC setidaknya Lion Group memiliki 11 simulator yang terdiri dari beragam jenis pesawat. Adapun detailnya Boeing 737-800 NG 5 unit, Airbus A320 3 unit, dan ATR 2 unit. Sementara ada pula 1 unit di Thailand.

“Nah, yang bergerak sendiri yang benar-benar bahasa mandatorinya dan perlu sesuatu yang membuat full flight simulator. Nah, di sini kita ada 10 yang sudah terpasang yaitu ada boeing 737-800 NG ada 5 unit, ada airbus A320, 3 unit, dan 2 jenis ATR. Kita punya satu lagi simulator, itu di Thailand. Jadi total itu ada 11,” jelasnya.

Pantauan detikcom, simulator tersebut tersebut berbentuk seperti kapsul yang berukuran cukup besar. Di dalamnya, terdapat sejumlah sejumlah instrumen kokpit modern seperti Mode Control Panel, Primary Flight Display, Navigation Display, Engine Indication and Crew Alerting System (EICAS)/ Electronic Centralized Aircraft Monitor (ECAM) dan lain sebagainya layaknya seperti di kokpit pesawat aslinya.

Tak hanya dilengkapi dengan sejumlah instrumen, untuk dimensinya, kokpit pesawat dengan simulator memiliki perbandingan sekitar 1:1. Hal ini menyebabkan seorang pilot bisa merasakan seperti layaknya sedang menerbangkan pesawat sungguhan.

Taufik menjelaskan selain dilengkapi dengan sejumlah instrumen modern, simulator yang dimiliki oleh Lion Group juga mempunyai sejumlah mode penerbangan dalam berbagai kondisi seperti normal hingga emergency.

“Di dalam simulator itu namanya simulasi. Jadi, anything can be happen. Baik dari sisi performance pesawat di normal, non-normal, atau emergency. Kita punya tiga stage sebagai seorang pilot. Semua itu bisa,” tuturnya.

Dia menambahkan simulator yang dimiliki juga bisa mensimulasikan ketika pesawat mengalami masalah di bagian mesinnya. Dari situ, para pilot bakal diuji untuk mengatasi kalau suatu masalah terjadi saat pernerbangan nyata.

“Mesin, yaitu perusakannya. Segala jenis perusakan, apa itu, itu bisa dilakukan di simulator. Yang ketiga adalah environment-nya. Environment-nya berarti hujan, panas, dingin, apa, salju, apa. Nah, itu bisa di simulator,” jelasnya.

Dia menambahkan kehadiran simulator tersebut membuat para pilot ataupun calon pilot memiliki kemampuan yang memadai dalam menghadapi berbagai situasi. Kehadiran simulator tersebut bertujuan agar para pilot mampu menjamin keamanan di setiap penerbangan, khususnya saat menggunakan Lion Group.

“Jadi, it’s the real thing. Seperti tadi kita terbang biasa, kan. Jadi, hanya manusianya yang tidak berubah. Tapi, itunya (kondisi) bisa berubah. Misalnya, real itu pesawat, mesinnya mati satu, sistemnya rusak bisa kita buat di simulator. Mesinnya mati satu karena apa? Misalkan kayak gunung berapi, debu, atau dust, itu bisa disimulasikan. Beberapa internal, eksternal yang membuat itu pun bisa. Jadi, as a realist thing. Similar, namanya simulation. Keterbatasan tentu ada. Tapi tetep hampir menyerupai apa yang bisa terjadi,” tutupnya.

(akn/ega)

Membagikan
Exit mobile version