Kamis, September 26

Jakarta

Sisa-sisa purba bagian Bumi yang telah lama hilang dan diyakini berusia 120 juta tahun telah ditemukan di Borneo atau kita lebih familiar menyebutnya sebagai Kalimantan.

Berbagai penemuan baru tentang planet kita terus dilakukan para ilmuwan, mulai dari menemukan benua-benua yang telah hilang selama ratusan tahun hingga menemukan lautan luas yang tersembunyi di bawah kerak Bumi.

Kini, penemuan terbaru yang menakjubkan mengungkap rincian lempeng tektonik berusia 120 juta tahun bernama Pontus. Prediksi keberadaan kerak tersebut muncul ketika Suzanna van de Lagemaat, seorang ahli geologi pascasarjana di Utrecht University, Belanda, dan pembimbingnya, Douwe van Hinsbergen, menganalisis data geologi dari pegunungan di kawasan Asia-Pasifik.


“Kami pikir kami sedang berhadapan dengan peninggalan lempeng yang hilang yang sudah kami ketahui,” kata Van de Lagemaat, dikutip dari Indy100, Kamis (26/9/2024).

Ia menemukan beberapa tanda yang jelas dari lempeng Pontus kuno saat mempelajari formasi batuan di Kalimantan utara.

“Namun penelitian laboratorium magnetik kami pada batuan tersebut menunjukkan bahwa temuan kami berasal dari tempat yang jauh di utara, dan pasti merupakan sisa-sisa lempeng yang berbeda dan sebelumnya tidak diketahui,” ujarnya.

Berdasarkan rekonstruksi penampakannya 160 juta tahun yang lalu, para peneliti memperkirakan bahwa lempeng Pontus, yang membentuk bagian dari kerak dunia sebelum terpecahnya superbenua Pangea, berukuran sekitar seperempat dari luas Samudra Pasifik.

Pontus terletak di bawah lautan luas yang memisahkan Eurasia dan Australia pada saat itu. Saat Pangea terpisah, diyakini lempeng tersebut ditelan oleh lempeng lain yang membawa wilayah seperti Filipina dan Kalimantan ke lokasi mereka saat ini.

[Gambas:Twitter]

Penelitian Van de Lagemaat difokuskan pada kawasan kompleks aktivitas lempeng tektonik yang dikenal sebagai Junction Region atau Kawasan Persimpangan. Kawasan ini membentang antara Jepang, Kalimantan, Filipina, Papua Nugini, hingga ke Selandia Baru.

Melalui penelitiannya, ia dapat menggunakan data untuk membuat video berdurasi 36 detik yang merekonstruksi pergerakan lempeng tektonik yang terjadi sejak zaman dinosaurus hingga saat ini.

(rns/fay)

Membagikan
Exit mobile version