Senin, Juli 1


Gianyar

Lembu putih menjadi salah satu warisan sejarah yang ada di Desa Taro. Hewan itu dianggap sebagai ‘duwe’ dan disucikan oleh masyarakat setempat.

Desa Taro adalah salah satu desa wisata di Pulau Dewata yang berprinsip ‘An Eco Spiritual Destination’. Dalam mendukung keberlanjutan lingkungan, Desa Wisata Taro memiliki banyak kawasan konservasi.

Salah satunya adalah Konservasi Lembu Putih, lembu itu sangat disakralkan oleh masyarakat Desa Taro. Keberadaan Lembu Putih itu dikaitkan dengan kedatangan Ida Maha Rsi Markandeya di abad ke tujuh. Dia pendiri Desa Taro.

“Dahulu lembu putih itu dilepas di Desa Taro, bisa masuk ke rumah warga. Tapi tahun 2011 sudah mulai kita konservasi karena banyak yang ke desa tetangga, jadi agar lebih mudah memantau jumlahnya akhirnya kita konservasi,” kata I Wayan Gede Ardika, pengelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Taro.

Lembu putih itu disucikan oleh masyarakat setempat sebagai simbolisasi kehadiran Dewa Siwa. Lembu putih dipercaya sebagai kendaraan suci Dewa Siwa.

Uniknya lagi, di Desa Taro, lembu putih betina dipanggil Ida Ayu dan yang jantan dipanggil dengan Ida Bagus. Saat ini, terdapat 56 ekor lembu putih yang dikonservasi oleh Desa Taro.

“Kawasan konservasi lembu putih itu tahun 2019 sudah dikembangkan jadi objek wisata. Di Desa Taro sudah ada 56 ekor lembu putih. Biasanya kalau ada yang mati pasti juga ada yang lahir. Kalau yang betina itu dipanggil Ida Ayu dan yang jantan dipanggil Ida Bagus,” kata Ardika.

Menurut Ardika, lembu putih yang ada di Desa Taro tidak boleh disembelih, tidak boleh diperjualbelikan, dan tidak boleh dikonsumsi. Lembu putih yang dikonservasi hanya khusus untuk upacara keagamaan seperti Mepurwa Daksina dan Memineh Empehan Lembu.

Di kawasan konservasi lembu putih juga terdapat konservasi beberapa tanaman obat dan tanaman yang biasa digunakan untuk kegiatan upacara agama Hindu.


“Kita juga melakukan konservasi untuk tanaman obat, tanaman langka, dan tanaman upacara. Ada juga konservasi berbagai jenis pisang,” kata dia.

Tidak hanya lembu putihnya yang disakralkan, tetapi beberapa unsur hewan ini seperti kotoran, urin, susu, dan air mata lembu putih itu disakralkan. Hasil dari lembu putih itu dijadikan sarana upacara maupun terapi pengobatan herbal/non medis.

Lembu putih di Desa Wisata Taro, Gianyar, Bali (Ni Made Nami Krisnayanti/detikcom)

“Kita punya produk Bio Taro, yaitu produk olahan dari kotoran lembu putih, bisa digunakan untuk pupuk atau pestisida alami. Kita ada produk biogas dari kotoran lembu putih juga, ada briket yang digunakan untuk pupuk,” kata Ardika.

Traveler yang sedang berkunjung ke Desa Wisata Taro wajib mencoba berkunjung ke kawasan konservasi yang satu ini. Terdapat beberapa aktivitas menarik, seperti perkemahan, memberi makan Lembu Putih, outbound, dan outing. Terdapat juga wisata edukasi berbagai jenis tanaman.

Selain itu, juga terdapat taman ruang terbuka hijau yang sangat luas dan asri serta areal bermain anak-anak, bale bengong dan wantilan serbaguna. Untuk masuk ke kawasan konservasi ini, traveler dikenakan biaya sebesar Rp 10.000 per orangnya.

Jika traveler tertarik untuk outbound, traveler dikenakan biaya sebesar Rp 150.000 per orang, sudah termasuk pemandu, makan siang, dan berbagai peralatan lainnya.

(fem/fem)

Membagikan
Exit mobile version