Jakarta –
Tumpahan minyak di Laut Hitam diyakini telah mengakibatkan kematian lebih dari 30 cetacea (spesies paus, lumba-lumba, dan pesut), termasuk beberapa anggota subspesies yang terancam punah.
Tumpahan tersebut, yang terjadi setelah dua kapal tanker minyak Rusia rusak akibat badai pada pertengahan Desember 2024 , menyebar ke Selat Kerch, jalur perairan yang menghubungkan Laut Hitam dan Laut Asov. Tumpahan itu berdampak signifikan pada kehidupan laut di wilayah tersebut.
“Sejak keadaan darurat, kami telah mencatat 61 cetacea mati, termasuk 32 individu yang mati setelah 15 Desember 2024, yang kematiannya kemungkinan besar terkait dengan tumpahan bahan bakar minyak,” kata Delfa Dolphin Rescue and Research Center (DDRRC) Rusia dalam pernyataan yang diunggah di Instagram pada 5 Januari.
“Dilihat dari kondisi bangkai-bangkainya, kemungkinan besar sebagian besar paus-paus ini mati dalam 10 hari pertama setelah bencana. Dan kini laut terus menghanyutkan mereka,” jelas pernyataan tersebut.
Kematian 29 cetacea yang tersisa, diperkirakan tidak terkait dengan tumpahan minyak, karena mereka adalah bangkai tua. Namun organisasi tersebut tetap prihatin dengan tingginya jumlah kematian yang dianggap terkait dengan insiden tersebut.
“Hampir setiap hari kami menerima informasi baru tentang lumba-lumba mati. Untuk periode waktu ini, jumlah kematian seperti itu merupakan angka yang luar biasa besar. Kami dapat memperkirakan jumlah cetacea yang terluka akan meningkat dalam jumlah yang jauh lebih besar dari biasanya dalam beberapa bulan mendatang,” kata DDRRC.
Dikutip dari IFL Science, beberapa dari mereka yang ditemukan mati disebut sebagai lumba-lumba Azov. Meskipun memiliki beberapa kemiripan dengan lumba-lumba, mereka sebenarnya adalah subspesies dari lumba-lumba pelabuhan (Phocoena phocoena relicta ) yang sudah dianggap terancam punah. Maka wajar jika insiden tumpahan minyak ini semakin memprihatinkan.
Tumpahan minyak dapat berdampak signifikan dan jangka panjang pada kehidupan laut. Dalam lima tahun setelah insiden Deepwater Horizon 2010, lumba-lumba di wilayah Teluk Barataria mengalami peningkatan kematian, gagal hamil, dan risiko dampak kesehatan yang merugikan.
Para peneliti terus memantau dampak tumpahan minyak terhadap satwa liar, tetapi beberapa memperkirakan butuh waktu hingga 39 tahun bagi lumba-lumba Barataria untuk pulih sepenuhnya.
Terkait tumpahan Selat Kerch, Pusat DDRRC menyatakan bahwa pihaknya kini sedang melakukan persiapan untuk mengantisipasi kemungkinan lebih lanjut terjadinya dampak pada kehidupan laut dalam beberapa bulan mendatang.
“Tugas utama kami adalah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi situasi ini dan mendirikan rumah sakit rawat inap untuk memberikan bantuan jangka panjang kepada para korban,” katanya.
“Ini sangat penting, karena di daerah yang terkontaminasi bahan bakar minyak, tidak mungkin lagi memberikan bantuan langsung kepada lumba-lumba di perairan dangkal, seperti yang kami lakukan sebelum musim ini. Oleh karena itu, rumah sakit perlu didirikan sesegera mungkin,” tutup mereka.
(rns/rns)