Minggu, Oktober 6


Jakarta

Kementerian Kesehatan melaporkan 25 persen masyarakat Indonesia belum memiliki jaminan kesehatan aktif. Didominasi masyarakat yang berdomisili di daerah. Mengacu pada hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, dari total tersebut, 34 persen di antaranya adalah masyarakat pedesaan. Sementara 23 persen berada di daerah perkotaan.

Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Syarifah Liza Munira merinci lebih lanjut, kebanyakan yang tidak memiliki asuransi adalah di kelompok usia anak.

“Ada 40 persen balita yang tidak terlindungi,” sebut dia dalam Diseminasi Hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023, Rabu (12/6/2024).


Bila dirinci lebih lanjut, sekitar 47,3 persen bayi berusia 1 tahun tidak memiliki jaminan kesehatan dan usia 1-4 tahun sebanyak 40 persen di antaranya tidak memiliki jaminan kesehatan.

Populasi usia terbanyak yang memiliki jaminan kesehatan berada di rentang 15 hingga 24 tahun, serta usia lansia 75 tahun ke atas.

Menurut SKI, jarang sekali masyarakat Indonesia memiliki lebih dari satu jaminan kesehatan. Dari total populasi yang dianalisis, hanya 1,1 persen pada masyarakat perkotaan, dan 0,1 persen di masyarakat pedesaan.

Rupanya hal ini sejalan dengan laporan fasilitas kesehatan terbanyak yang diakses warga Indonesia.

Nyaris 40 persen masyarakat memilih pergi ke puskesmas ketimbang klinik atau praktik mandiri, serta rumah sakit. Alasannya berkaitan dengan biaya yang murah dan akses mudah dijangkau.

Kemudahan akses menjadi alasan utama untuk dijangkau dan biaya yang murah,” ucapnya.

Hanya 7 persen di antaranya yang menjalani perawatan ke rumah sakit.

Simak Video “Anies Soroti Ketimpangan Fasilitas Kesehatan: 74% RS Ada di Jawa-Sumatera
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Membagikan
Exit mobile version