Jumat, Juni 28


Jakarta

Fenomena khodam belakangan ramai di media sosial. Fitur yang banyak disediakan dalam beberapa situs, memungkinkan seseorang untuk melihat khodam apa yang berada di balik nama mereka.

Dari sisi psikologis, pakar jiwa dr Lahargo Kembaren SpKJ menilai ketertarikan seseorang terhadap fenomena khodam sebetulnya bisa jadi dilatarbelakangi dua hal. Tidak melulu terkait dengan keyakinan yang mendalam.

“Saya baru saja nih ngobrol sama anak-anak, remaja, mereka cerita tentang khodam, apa khodamnya? Ini apa? Lele apa lah, lucu gitu ya, ada yang menganggapnya ini ya berarti just for fun, hanya untuk hiburan, hanya untuk lucu-lucuan, seru-seruan,” bebernya saat dihubungi detikcom Minggu (23/6/2024).


“Nah kalau dari aspek yang seperti itu oke menurut saya boleh-boleh saja gitu ya, jadi karena yang namanya humor hiburan, baik untuk kesehatan mental kita,” terang dia.

Namun, di sisi lain, ada juga yang menanggapinya dengan serius dan mendalami khodam yang dimaksud. dr Lahargo mewanti-wanti kelompok demikian lantaran kemungkinan besar tengah menghadapi konflik atau masalah dalam hidupnya.

Pasalnya, secara psikologis, setiap manusia ingin mencari ketenangan dan kenyamanan. Bila dua hal tersebut tidak didapatkan dari kehidupan nyata, otomatis yang bersangkutan mencoba mencarinya dari sumber lain.

“Dalam hal ini bisa jadi seperti entitas spiritual, sering sekali menjadi pelarian, ketika seseorang itu tidak mendapatkan ketenangan dan kenyamanan di dunia nyata, artinya justru kita melihat orang yang mencari sumber lain, itu dalam situasi keadaan yang memang sedang stres, sedang punya masalah psikologis, mungkin konfilik dalam kehidupannya, beban yang berat,” tutur dr Lahargo.

Bukan tidak mungkin, juga tengah mengalami gangguan kejiwaan yang pada akhirnya menyebabkan mereka mencari lagi-lagi entitas spiritual yang tengah populer dan memicu rasa nyaman.

“Karena adanya kepercayaan dengan khodam itu kayanya ada yang nemenin, gitu ya, ada yang jagain, ada yang ngikutin, hal-hal demikian yang saya lihat dari fenomena psikologis yang terjadi,” pungkasnya.

(naf/naf)

Membagikan
Exit mobile version