
Jakarta –
Qatar Airways mengatakan tinjauan internal telah menemukan bahwa krunya bertindak cepat, tepat dan profesional. Itu ketika mereka menempatkan jenazah seorang wanita yang meninggal di tengah penerbangan di sebelah pasangan suami-istri asal Australia.
Mengutip BBC, Jumat (28/2/2025), maskapai penerbangan ini mengeluarkan pernyataan setelah pasangan suami-istri tersebut mengatakan kepada Channel Nine Australia bahwa mereka mengalami trauma akibat kejadian tersebut. Kejadian itu berlangsung dalam penerbangan dari Melbourne ke Doha.
Qatar Airways telah meminta maaf dalam pernyataan sebelumnya atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh insiden ini. Insiden ini memicu perdebatan mengenai prosedur dalam menangani kematian di dalam pesawat.
Mitchell Ring dan Jennifer Colin, yang bepergian ke Venesia untuk berlibur, mengatakan bahwa awak kabin telah menempatkan wanita yang sudah meninggal tersebut, yang diselimuti selimut, di sebelah Ring selama empat jam terakhir dalam penerbangan selama 14 jam.
Wanita tersebut pingsan dan meninggal di lorong di samping mereka. Setelah itu, para kru telah mencoba untuk memindahkan tubuh wanita itu ke bagian kelas bisnis tetapi gagal.
“Karena wanita itu cukup besar dan mereka tidak bisa membawanya melewati lorong,” kata Ring.
Mereka kemudian meminta Ring untuk pindah dan menempatkan wanita itu di kursi yang ditempatinya. Meskipun Colin diundang oleh penumpang lain untuk duduk di sebelahnya di seberang lorong, Ring mengatakan bahwa staf pesawat tidak menawarkan untuk memindahkannya ke tempat lain meskipun ada kursi yang kosong di sekitarnya.
Qatar Airways mengatakan bahwa penanganan kru terhadap kematian wanita tersebut sejalan dengan pelatihan dan praktik standar industri.
“Penumpang diakomodasi ke kursi lain, dan seorang anggota kru duduk setiap saat bersama penumpang yang meninggal selama penerbangan hingga mendarat di Doha,” kata pernyataannya.
“Adalah kenyataan yang tidak menguntungkan bahwa kematian yang tidak terduga kadang-kadang terjadi di atas pesawat di seluruh industri penerbangan dan kru kami sangat terlatih untuk menangani situasi ini dengan penuh rasa hormat dan bermartabat,” kata mereka.
Pihak maskapai juga mengatakan bahwa mereka telah menawarkan dukungan dan kompensasi kepada keluarga almarhumah dan penumpang lain yang terkena dampak langsung dari insiden tersebut.
“Kami sangat memahami bahwa kami tidak dapat meminta pertanggungjawaban maskapai atas kematian wanita malang tersebut, tetapi tentu saja setelah itu harus ada protokol untuk menjaga pelanggan di dalam pesawat,” ujar Colin dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh Channel 9.
Saat pesawat mendarat, Ring mengatakan bahwa para penumpang diminta untuk tetap berada di tempat ketika petugas medis dan polisi masuk ke dalam pesawat. Petugas ambulans kemudian mulai menarik selimut dari wanita itu dan dia melihat wajahnya.
“Saya tidak percaya mereka menyuruh kami tinggal,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia pikir mereka akan membiarkan para penumpang meninggalkan pesawat terlebih dahulu sebelum membiarkan staf medis menangani jenazah tersebut.
Barry Eustance, mantan kapten Virgin Atlantic, sebelumnya mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya, kru pesawat biasanya akan mencoba mengisolasi jenazah.
“Sehingga tidak ada penumpang yang terpapar dengan jenazah tersebut, begitu pula sebaliknya, demi rasa hormat dan privasi, namun juga karena alasan medis,” kata dia.
Menurut panduan dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional dalam menangani kematian dalam penerbangan, orang yang meninggal harus dipindahkan ke tempat duduk, sebaiknya yang memiliki sedikit penumpang di dekatnya, dan ditutupi dengan selimut atau kantung mayat hingga ke leher.
Jenazah juga dapat dipindahkan ke area lain yang tidak menghalangi lorong atau pintu keluar. Saat mendarat, asosiasi ini merekomendasikan agar penumpang lain turun sebelum jenazah ditangani oleh pihak berwenang setempat.
(msl/fem)