Minggu, September 22

Jakarta

Bukti arkeologi baru menunjukkan bahwa kota-kota pertama di dunia tidak muncul di Mesopotamia atau Asia Tengah, tetapi ada di Ukraina.

Dalam terbitan terbaru surat kabar Swiss Neue Zürcher Zeitung (NZZ), para peneliti membicarakan tentang temuan sisa-sisa ‘kota terbesar di dunia’ berupa pecahan tembikar yang berserakan.

Situs besar Trypillia ini berasal dari tahun 4000 SM di Ukraina, yang menjadikannya pemukiman perkotaan tertua di dunia.


Penemuan arkeologi ini tidak hanya mendorong asal-usul kota kembali ke masa lalu, tetapi juga memicu perdebatan sengit tentang organisasi sosial awal, keberlanjutan, dan identitas sebenarnya kota itu.

Arkeolog dari Kiel University Joseph Muller, mulai meneliti pemukiman raksasa di Ukraina ini pada tahun 2011, berdasarkan penelitian dasar yang dilakukan pada tahun 1960-an.

Lebih dari 250 situs pertama kali diidentifikasi oleh seorang topografi militer yang menampilkan pola vegetasi yang menarik seperti formasi konsentris yang mengisyaratkan konstruksi manusia.

Para peneliti menggunakan teknik geomagnetik dan mengungkap struktur tersembunyi di bawah permukaan Bumi, termasuk penemuan megasitus Trypillia yang mencakup lebih dari 100 hektar.

Megasitus Trypillia

Situs-situs besar Trypillia, yang merupakan salah satu kota terencana paling awal yang diketahui, tidak seperti pusat perkotaan modern.

Seperti dilansir U-krane, lokasi tersebut berbentuk lingkaran atau oval dan rumah-rumahnya tersusun dalam lingkaran konsentris, dengan jalan raya atau koridor lebar di antaranya.

“Ini adalah kota-kota pertama yang direncanakan oleh umat manusia,” demikian pernyataan NZZ Swiss yang menyebutkan bahwa lokasi terbaik adalah yang ukurannya lebih besar dari Monaco dan dapat dibandingkan dengan Central Park di New York, Amerika Serikat.

Berdasarkan bukti, rumah-rumah itu terbuat dari kayu dan tanah liat dan kemungkinan besar telah terbakar dalam konflik di masa itu.

“Makam-makam individu adalah sesuatu yang digunakan sekelompok orang yang menguburkan untuk menunjukkan peran mereka kepada orang lain. Refleksi struktur sosial ini tidak ada di sini,” kata Müller seperti dikutip dari WIONews.

“Jika tidak ada makam yang ditandai dengan cara yang ramah bagi para arkeolog, itu tidak berarti bahwa pemujaan terhadap orang mati tidak ada,” tambahnya.

Penemuan baru ini telah menantang asumsi kita sebelumnya tentang urbanisasi mana yang terjadi pada periode akhir sejarah manusia.

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version