Jumat, Januari 10


Jakarta

Resor sumber air panas yang terkenal di Obanazawa, Prefektur Yamagata, Jepang mulai memberlakukan pembatasan akses bagi pengunjung harian. Pembatasan berlaku Desember 2024 hingga Februari 2025.

Dilansir dari The Japan Times, Rabu (8/1/2024) langkah itu diambil untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang sering terjadi di malam hari. Peningkatan jumlah wisatawan asing yang datang untuk menikmati pemandangan malam di musim dingin juga menyebabkan sering terjadinya kemacetan di jalan menuju ke sana.

Kota yang terkenal dengan pemandian air panasnya itu mengambil keputusan tersebut setelah kemacetan lalu lintas mengganggu kenyamanan tamu hotel dan menghambat akses kendaraan darurat.


Pembatasan berlaku bagi pengunjung harian yang datang dengan mobil pribadi atau mobil sewaan. Namun, pengunjung yang menginap dan menggunakan fasilitas parkir yang disediakan oleh penginapan ryokan tidak terkena pembatasan ini.

Pembatasan akses dijadwalkan berlangsung mulai Desember 2024 lalu hingga Februari 2025 nanti. Bagi mereka yang ingin mengunjungi Ginzan Onsen, pengunjung diharuskan untuk memarkirkan mobil mereka di Taisho Romankan, sebuah pusat wisata yang terletak sekitar 1,5 kilometer dari area pemandian air panas.

Dari sana, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan menuju Ginzan Onsen menggunakan bus antar-jemput atau taksi lokal. Layanan bus antar-jemput tersedia sepanjang hari, dari pukul 09.00 pagi hingga 16.00 waktu setempat dan dapat diakses dengan tombol panggil di halte bus di pusat wisata.

Dari pukul 16.00 hingga 20.00, pengunjung perlu melakukan reservasi melalui situs web khusus untuk menggunakan layanan bus antar-jemput. Jumlah pengunjung yang diperbolehkan masuk dibatasi hingga 100 orang per jam.

Sementara itu, dari pukul 20.00 hingga 09.00, pengunjung diminta untuk tidak memasuki area tersebut sama sekali. Tarif bus antar-jemput adalah 500 yen (Rp 75 ribu) per orang hingga 6 Januari dan meningkat menjadi 1.100 yen (Rp 113 ribu) mulai 7 Januari.

Bagi pengunjung rombongan juga dikenakan biaya tambahan sebesar 50 yen (Rp 7.500) per orang. Pemilik penginapan di Ginzan Onsen menyambut baik kebijakan baru ini.

Dengan 13 penginapan ryokan yang terletak di sepanjang sungai, Ginzan Onsen menjadi salah satu destinasi wisata yang terkenal dengan pemandangan malamnya yang indah.

“Di kampung halaman saya, salju hanya turun sekali atau lebih dalam setahun. Warna-warna hangat lampu yang kontras dengan salju putih sangat mempesona,” kata turis Taiwan.

Potret resor pemandian air panas di Jepang. (Getty Images/CandyRetriever)

Berdasarkan data dari Organisasi Promosi Pariwisata Tohoku, jumlah pengunjung asing ke Ginzan Onsen terus meningkat. Dari Januari hingga Agustus 2024, jumlah pengunjung asing mencapai 59.300 orang, sementara untuk seluruh tahun 2023 jumlahnya hanya 49.600 orang.

Hanya ada satu jalan sempit yang menghubungkan pusat kota dengan area pemandian air panas, yang menyebabkan masalah kemacetan. Pengemudi yang tidak terbiasa dengan salju atau tidak menggunakan ban musim dingin sering terjebak di lereng jalan dan menghalangi lalu lintas.

Selain itu, parkir ilegal di area tersebut juga menjadi masalah, karena menghalangi pembersihan salju. Ketua Asosiasi Pemandian Air Panas Ginzan Onsen menceritakan pengalaman buruk beberapa tahun lalu, ketika sebuah ambulans terlambat tiba untuk membantu seorang turis yang jatuh di jalan licin dan menderita cedera kaki, akibat kemacetan lalu lintas.

Pemilik Ryokan, Matsumoto, menyambut baik kebijakan pembatasan tersebut. Baginya pembatasan itu alur datang dan pergi pengunjung lebih tertata sehingga tidak terjadi adanya penumpukan pengunjung dan kemacetan lalu lintas.

“Ginzan Onsen memang ramai pada siang hari, tetapi kini lebih sepi di malam hari yang membuat pemandangan malamnya semakin menakjubkan. Tidak ada kemacetan lalu lintas, sehingga tamu dan karyawan kami dapat mengakses area ini dengan mudah,” kata Mastsumoto.

Kemudian, Wali Kota Obanazawa, Hiroshi Yuki, mengatakan bahwa pembatasan tersebut diperlukan untuk menjaga kelestarian kawasan wisata itu. Ia juga menyatakan bahwa pemerintah akan memantau hasil kebijakan tersebut untuk menilai sejauh mana kebijakan tersebut dapat mengatasi masalah yang ada.

“Pertauran diperlukan untuk menjaga kawasan tersebut sebagai objek wisata. Kami ingin meneliti hasilnya untuk melihat seberapa besar peraturan ini membantu menyelesaikan masalah,” ujar Hirashi.

(upd/fem)

Membagikan
Exit mobile version