Otaru –
Sebuah kota kecil di Hokkaido, Jepang mempekerjakan penjaga keamanan atau satpam khusus untuk berjaga-jaga wisatawan berswafoto. Agar tidak ada lagi turis celaka karena selfie.
Dikutip dari euronews, Selasa (4/2/2024), kota kecil itu adalah Otaru. Kota pelabuhan kecil dan indah di Jepang itu mempekerjakan petugas keamanan untuk mengawasi wisatawan yang suka berswafoto.
Otaru adalah sebuah kota dengan kanal, gudang-gudang abad ke-19 dan ke-20, dan banyak lereng curam. Keunikan bentang alam dan bangunan kota itu menarik wisatawan untuk datang dan berfoto.
Salah satu titik favorit yang didatangi wisatawan adalah lereng Funamizaka. Dari situ, traveler bisa mengambil foto laut dan pelabuhan. Selain itu, lereng yang masuk daftar salah satu lereng tercuram di Otaru, itu merupakan lokasi dalam beberapa film, termasuk film Jepang tahun 1995 ‘Love Letter’ dan film China tahun 2015 ‘Cities in Love’, sehingga melambungkan popularitasnya.
Nah, untuk mengantisipasi aksi mereka yang difoto dan si fotografer yang kadang kala sama-sama nekat, Otaru merekrut satpam selfie. Para pejabat setempat mengatakan para petugas keamanan tersebut ada di sana untuk mencegah turis yang berswafoto menghalangi jalan sempit yang dapat mengganggu lalu lintas.
Otaru memiliki pengalaman langsung soal turis yang membahayakan diri saat berfoto atau memotret. Seorang turis berusia 61 tahun dilaporkan berjalan ke rel kereta api lokal untuk mengambil foto. Turis itu tewas tertabrak oleh kereta api.
Menurut South China Morning Post, turis wanita itu berdiri di rel untuk mengambil foto dan tidak menyadari kereta yang melaju kencang.
Suami turis itu memberi tahu polisi bahwa istrinya mencoba mengambil foto di lokasi yang ditampilkan dalam film China yang dirilis pada 2015 Cities in Love dan tidak menyadari kereta mendekat.
“Jalan itu dipenuhi rumah-rumah dan lalu lintasnya padat,” kata seorang pejabat kota kepada kantor berita Jepang Mainichi Shimbun.
“Turis yang berdiri di jalan atau berjalan berdampingan sering kali membuat kendaraan tidak bisa lewat. Dampaknya terhadap penduduk sangat signifikan, dan tahun fiskal ini sangat parah,” dia menambahkan.
Kematian tersebut membuat warga lokal tidak mau ada peristiwa serupa. Mereka pun meminta agar pemerintah Otaru membuat langkah antisipasi.
“Insiden tersebut adalah kecelakaan yang tinggal menunggu waktu, cepat atau lambat akan terjadi. Para wisatawan bergantian mengambil foto di antara jalur penyeberangan. Akibatnya, kereta api harus berhenti beberapa kali,” keterangan salah satu warga.
Soal turis berfoto sembarangan memang menjadi masalah di Jepang. Wisatawan itu tidak hanya mengabaikan keselamatan, namun juga mengabaikan adat istiadat setempat.
Warga lokal Kyoto terganggu dengan wisatawan yang mengambil foto Geisha dengan cara agresif dan terlalu dekat. Kemudian, turis-turis yang ngotot berfoto di jalanan dengan latar konbini dan Gunung Fuji.
(fem/fem)