Seoul –
Korea Selatan merilis laporan awal tentang kecelakaan pesawat Jeju Air pada Senin (27/1/2025). Menjadi kecelakaan pesawat paling mematikan di negeri ginseng, penyebab petaka ditelusuri.
Dikutip dari dari Channel News Asia Sabtu (25/1), satu perkara yang sedang diselidiki adalah apakah betul ada peran tabrakan burung dalam kecelakaan penerbangan 7C2216 dari Bangkok yang tiba di Bandara Internasional Muang pada 29 Desember itu.
Kementerian Transportasi Korsel akan mengirim laporan itu kepada Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, Amerika Serikat (AS), Prancis, dan Thailand.
Dalam melakukan penyelidikan, Seoul bekerja sama dengan penyelidik dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS dan Biro Penyelidikan dan Analisis Prancis untuk Keselamatan Penerbangan Sipil.
Kementerian tersebut butuh waktu beberapa bulan untuk menganalisis dan memverifikasi data penerbangan dan rekaman suara kokpit, yang berhenti merekam empat menit dan tujuh detik sebelum kecelakaan, dan rekaman komunikasi dengan menara kontrol.
Dalam pernyataan itu disebutkan pada 29 Desember, pukul 08.58.11, pilot membahas burung yang terbang di bawah Boeing 737-800, kemudian mengumumkan mayday pada pukul 08.58.56 setelah adanya tabrakan burung saat pesawat sedang berputar balik.
Rekaman CCTV bandara juga memperlihatkan pesawat melakukan “kontak” dengan burung selama berputar balik.
Sebelumnya, kementerian mengatakan pilot mengeluarkan sinyal marabahaya karena adanya tabrakan burung sebelum berputar balik.
“Rekaman pengawasan diambil dari jarak yang terlalu jauh untuk melihat apakah ada percikan dari tabrakan burung tetapi memastikan pesawat melakukan kontak dengan burung, meskipun waktu pastinya tidak jelas”, kata seorang pejabat kementerian kepada Reuters.
Kementerian menyatakan bulu burung dan darah ditemukan di kedua mesin GE Aerospace pesawat itu.
Jet itu jatuh pada pukul 09.02.57, menghantam tanggul dan terbakar yang menewaskan semua orang di dalamnya kecuali dua awak di bagian ekor.
Kementerian mengatakan akan melakukan analisis terpisah tentang peran tanggul beton yang menopang antena navigasi yang disebut “localiser“.
Kementerian mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka akan menyingkirkan tanggul, yang menurut para ahli kemungkinan membuat bencana tersebut lebih mematikan.
(bnl/fem)