Senin, September 16
Jakarta

Iran sempat dituding merencanakan plot pembunuhan terhadap mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Trump pun meminta Iran dilenyapkan jika dirinya terbunuh.

Sebagaimana diketahui, Trump sempat menjadi target percobaan pembunuhan. Trump selamat memalingkan muka dan peluru yang hampir menembus kepalanya justru melukai telinganya.

Siapa sangka, ternyata intelijen Amerika Serikat (AS) sudah sejak beberapa pekan terakhir mendapatkan informasi intelijen soal plot atau rencana Iran untuk membunuh mantan Presiden Donald Trump. Namun, informasi intelijen itu tidak terkait dengan percobaan pembunuhan Trump baru-baru ini.


Ancaman pembunuhan oleh Iran terhadap Trump itu mendorong Secret Service meningkatkan pengamanan bagi Trump sejak beberapa pekan lalu.

Seperti dilansir AFP, Rabu (17/7/2024), laporan media terkemuka AS, CNN, menyebut bahwa otoritas berwenang AS telah menerima informasi intelijen dari “sumber manusia” mengenai rencana Teheran menargetkan mantan Presiden AS itu, sehingga mendorong peningkatan perlindungan bagi Trump.

Media-media AS lainnya juga melaporkan rencana pembunuhan Trump oleh Iran tersebut.

Namun hal ini tidak ada hubungannya dengan penembakan pada kampanye di Butler, Pennsylvania, pada 13 Juli lalu ketika seorang pria bersenjata bernama Thoams Matthew Crooks melepaskan tembakan ke arah Trump yang sedang berdiri di podium dan berbicara kepada para pendukungnya.

Dewan Keamanan Nasional AS, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa pihaknya telah “melacak ancaman Iran terhadap mantan pejabat pemerintahan Trump selama bertahun-tahun” ketika Teheran berusaha membalas dendam atas pembunuhan komandan Garda Revolusi Iran Qasem Soleimani tahun 2020 lalu.

“Kami menganggap ini masalah keamanan nasional dan keamanan dalam negeri dengan prioritas tertinggi,” ucap juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Adrienne Watson, dalam pernyataannya.

Apa respons Iran? Baca halaman selanjutnya.

Membagikan
Exit mobile version