Minggu, Januari 12

Jakarta

Sejarah Bumi dan keberadaan kehidupan di zaman purba ternyata dapat diketahui melalui air. Seperti halnya yang ditemukan oleh para ilmuwan Universitas Toronto, Kanada pada 2016 silam.

Saat mengeksplorasi sebuah tambang mineral di Kanada, para peneliti menemukan kolam kuno yang airnya masih menggelembung keluar dari dalam tanah. Setelah menguji air dari kolam itu dengan mengukur gas-gas yang terperangkap di dalamnya, mereka mengungkap air tersebut berusia 2 miliar tahun dan mendeteksi adanya kehidupan.

Penemuan Kolam Air Tertua di Bumi

Dilansir IFLScience, Jumat (10/1/2025) tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Barbara Sherwood Lollar itu menelusuri sebuah tambang di Ontario, Kanada. Karena pencarian tembaga, seng, dan perak, tambang tersebut digali semakin dalam ke kerak bumi.


Kelompok peneliti mengambil kesempatan untuk menjelajahi lebih jauh ke dalam tambang, hampir pada kedalaman hampir 3 km. Secara mengejutkan, mereka menemukan sumber air tertua di bumi yang setidaknya berumur 2 miliar tahun dan airnya masih menggelembung keluar dari dalam tanah.

“Ketika orang-orang berpikir tentang air ini, mereka berasumsi bahwa itu pasti sejumlah kecil air yang terperangkap di dalam batu,” kata Prof Sherwood Lollar.

“Namun pada kenyataannya, air itu benar-benar mengalir keluar. Air ini mengalir dengan kecepatan liter per menit, volume airnya jauh lebih besar daripada yang diperkirakan siapa pun,” sambungnya.

Mereka menentukan usia air itu dengan mengukur gas helium, argon, dan xenon yang terperangkap di dalamnya. Di samping itu, para peneliti juga menguji air dengan mencicipinya untuk menentukan usia air tersebut. Semakin asin rasanya, semakin tua usia airnya.

Meski mencicipi air kuno tidak cukup aman, tetapi Prof Sherwood Lollar menegaskan, “Secara ilmiah terlalu berharga untuk disia-siakan seperti itu.” Menguji dengan cara ini juga adalah hal biasa bagi para ilmuwan.

Ia pun mencelupkan jarinya ke air dan menempelkannya di ujung lidahnya. “(Rasa airnya) sangat asin dan pahit, jauh lebih asin daripada air laut,” ucap Prof Sherwood Lollar.

Profesor Barbara Sherwood Lollar mengambil sampel hidrogen dan sulfat terlarut di kolam air tertua di bumi yang pernah ditemukan. Foto: G. Wunsch/Universitas Toronto via CBC News

Penemuan Jejak Kehidupan Miliaran Tahun Lalu

Lebih menakjubkannya lagi, para peneliti juga mengungkap adanya tanda-tanda kehidupan dalam jangka waktu sangat lama di dalam air yang berusia 2 miliar tahun itu. Mereka menemukan jejak kimia yang ditinggalkan oleh organisme bersel tunggal yang pernah hidup dalam air tersebut.

“Dengan melihat sulfat dalam air, kami melihat sidik jari yang menunjukkan adanya kehidupan. Dan kami dapat menunjukkan bahwa tanda dalam air pasti dihasilkan oleh mikrobiologi, dan yang terpenting pasti telah terbentuk dalam skala waktu yang sangat panjang,” ujar Prof Sherwood Lollar, mengutip BBC News.

“Mikroba yang menghasilkan tanda ini tidak mungkin melakukannya dalam semalam. Ini bukan sekadar tanda mikrobiologi modern. Ini pasti merupakan indikasi bahwa organisme telah hadir dalam air ini pada skala waktu geologis,” imbuhnya.

Fakta bahwa organisme mampu bertahan hidup dan berkembang dalam air yang sangat tua dan dalam di kerak bumi memiliki implikasi penting. Tak hanya memberi tahu tentang kehidupan purba di muka bumi pada miliaran tahun lalu, tetapi juga dapat membantu pencarian kehidupan di tempat lain di tata surya.

Penemuan kolam air pada 2016 ini menggeser rekor air tertua berusia 1,5 miliar tahun yang ditemukan pada 2013 silam oleh tim ilmuwan yang sama di tambang yang sama juga. Hanya saja penemuan air pada 2013 itu berada di kedalaman sekitar 2,5 km di bawah tambang.

(azn/row)

Membagikan
Exit mobile version