Jumat, Januari 31

Jakarta

Aurora menerangi langit di banyak wilayah di belahan Bumi utara dan selatan pada Sabtu (11/5). Pertunjukan langit spektakuler yang disebut Aurora Borealis atau Cahaya Utara (Northern Lights) dan Aurora Australis atau Cahaya Selatan (Southern Lights), dipicu oleh badai Matahari dahsyat.

Dikutip dari AFP, pada Jumat (10/5) dan Sabtu (11/5), badai geomagnetik skala G5 sampai ke Bumi. Badai geomagnetik adalah badai Matahari dengan tingkat terkuat dalam skala G1 hingga G5 menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).


Mengapa Badai Matahari Munculkan Aurora

Secara sederhana, aurora muncul karena partikel bermuatan Matahari bertabrakan dan berinteraksi dengan atmosfer Bumi. Badan antariksa AS NASA, pada Minggu (12/5), membagikan thread di X/Twitter menjelaskan fenomena tersebut.

NASA menjelaskan dua hal yang mereka sebut letusan Matahari hingga jilatan api Matahari dan lontaran massa korona (CME).NASA menulis, “Ada dua hal yang kami sebut letusan Matahari: jilatan api Matahari dan CME. Mereka sering terjadi bersamaan, tapi tidak selalu. Lidah api Matahari adalah kilatan cahaya yang intens akibat dari medan magnet kompleks Matahari yang tiba-tiba mengatur ulang dirinya sendiri.”

Berbicara tentang CME, NASA menambahkan, “CME adalah awan raksasa partikel Matahari yang bercampur dengan medan magnet yang lepas dari Matahari. Awan raksasa ini dapat menyebar ke mana saja di Tata Surya, termasuk ke Bumi.”


NASA mengatakan karena jilatan api matahari ringan, ia mencapai Bumi dalam waktu sekitar 8 menit, sedangkan CME membutuhkan waktu berhari-hari untuk mencapai Bumi. Namun, ketika itu terjadi, kondisi ini dapat menyalakan cahaya aurora.

Selain itu, ketika CME ini bertabrakan dengan medan magnet Bumi, mereka membuang partikel Matahari ke ruang dekat Bumi. Kini, partikel-partikel tersebut masuk ke atmosfer Bumi dalam sebuah cincin di sekitar kutub, yang disebut aurora oval.”Ketika CME bertabrakan dengan medan magnet bumi, ia dapat membuang partikel Matahari ke ruang dekat Bumi. Partikel-partikel ini mengikuti garis medan magnet Bumi saat mereka masuk ke atmosfer kita dalam ‘cincin’ di sekitar kutub yang disebut aurora oval,” tulis NASA.

Setelah partikel-partikel yang masuk ini bertabrakan dengan gas-gas yang ada di atmosfer Bumi, ia memanas dan mulai bersinar.”Partikel yang masuk akan menyerang gas di atmosfer kita, menyebabkannya memanas dan bersinar menjadi aurora. Warnanya bergantung pada jenis gas dan ketinggiannya. Oksigen akan menghasilkan sinar merah atau biru, nitrogen bisa berwarna hijau, biru, atau merah muda,” kata NASA.

Aurora Borealis, sebutan untuk Cahaya Utara (Northern Lights) dapat diamati negara-negara di belahan Bumi utara seperti Norwegia, Swedia, Finlandia, Islandia, Kanada, dan negara bagian Alaska.Sedangkan Aurora Australis, sebutan untuk Cahaya Selatan (Southern Lights) muncul di negara-negara di belahan Bumi selatan seperti Australia, Selandia Baru, Antartika, dan sebagian Amerika Selatan.

Simak Video “Ada Badai Kuat di Balik Visual Spektakuler Aurora Pekan Ini
[Gambas:Video 20detik]

(rns/afr)

Membagikan
Exit mobile version