Senin, Februari 3


Kaledonia Baru

Tahukah kamu, komunitas keturunan Jawa ternyata ada di Kaledonia Baru, sebuah negara kepulauan kecil di Samudra Pasifik. Kok bisa sampai sana ya?

Sejarah keberadaan keturunan orang Jawa di Kaledonia Baru ini ternyata tidak terlepas dari penjajahan Belanda. Informasi ini dirangkum dari buku ‘Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara’ oleh A Agus Sriyono, Darmansjah, dan Bagas Hapsoro.

Informasi ini juga diambil dari tesis berjudul ‘The Javanese diaspora in New Caledonia’ oleh Hayuningsih dari University of Amsterdam (2023).


Sejarah Keturunan Jawa di Kaledonia Baru

Asal-usul orang Jawa di Kaledonia Baru bermula dari masa kolonial Prancis dan sistem kerja paksa kontrak yang diterapkan di wilayah tersebut.

Kaledonia Baru adalah sebuah kepulauan di Pasifik Selatan. Kepulauan ini pertama kali ‘ditemukan’ oleh dunia Barat melalui ekspedisi yang dipimpin oleh Kapten Cook pada tahun 1774.

Kepulauan ini menjadi koloni Prancis pada tahun 1853 dan digunakan sebagai koloni penal dari 1864-1894. Awalnya, para narapidana Prancis dikirim untuk bekerja di sana.

Namun, ketika masa kolonial penal berakhir, kebutuhan akan tenaga kerja murah untuk pertanian dan pertambangan menjadi sangat mendesak.

Gubernur Jenderal Prancis di Kaledonia Baru saat itu, Paul Feillet, memutuskan untuk beralih dari penggunaan tenaga kerja narapidana ke sistem kerja paksa kontrak.

Orang Jawa Datang ke Kaledonia Baru Tahun 1896

Sistem tersebut diberlakukan dari 1896-1949. Prancis mengimpor pekerja dari berbagai daerah di Asia untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang tidak bisa dipenuhi oleh penduduk asli Kanak.

Pasalnya, penduduk asli tersebut dianggap “tidak mau atau tidak mampu” melakukan pekerjaan tersebut. Salah satu kelompok yang direkrut dalam jumlah besar adalah orang Jawa dari Hindia Belanda.

Setelah serangkaian negosiasi antara pemerintah kolonial Belanda dan Prancis, kelompok pertama pekerja Jawa tiba di Kaledonia Baru pada 1896. Para pekerja ini didatangkan untuk bekerja di perkebunan kopi dan tambang nikel yang sedang berkembang pesat pada saat itu.

Orang Jawa dipilih karena dianggap patuh, disiplin, dan tidak banyak menuntut. Hal tersebut sesuai dengan stereotip yang dibentuk oleh kolonial Belanda.

Pekerja Jawa di Kaledonia Baru menghadapi kondisi yang sangat sulit dan kontrol ketat di bawah sistem kerja paksa kontrak. Mereka sering diisolasi di perkebunan. Bahkan, mereka hanya diizinkan meninggalkan tempat kerja dengan izin khusus dari pengawas.

Orang Jawa Membentuk Komunitas di Kaledonia Baru

Seiring berjalannya waktu, banyak pekerja kontrak dari Jawa yang kembali ke Hindia setelah kontrak mereka berakhir. Namun, sejumlah besar pekerja Jawa memilih untuk menetap di Kaledonia Baru.

Mereka mulai membentuk komunitas yang kemudian menjadi cikal bakal diaspora Jawa di Kaledonia Baru. Namun, sejarah ini sering kali tersembunyi atau dilupakan oleh keturunan mereka, karena stigma negatif yang melekat pada statusnya sebagai keturunan pekerja kontrak.

Diaspora Jawa di Kaledonia Baru kini menjadi bagian penting dari masyarakat setempat. Sayangnya, banyak keturunan Jawa yang tidak mengetahui secara rinci sejarah keluarga mereka.

Penyebabnya adalah informasi yang sering disembunyikan oleh orang tua atau kakek-nenek mereka. Meski begitu, upaya rekonstruksi sejarah oleh para sejarawan dan peneliti kini mulai membuka kembali lembaran-lembaran yang hilang dari masa lalu tersebut.

——-

Artikel ini telah naik di detikJateng.

Simak Video “Penampakan Mencekam di Kaledonia Baru, Mobil-mobil Hangus Terbakar
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)

Membagikan
Exit mobile version