Senin, Juli 1


Jakarta

Dalam rangka menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar workshop bertajuk ‘Peran Generasi Muda dalam Mitigasi Urban Heat Island’. Lewat acara ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran tentang fenomena urban heat island (HIT) di kalangan anak muda.

Dengan begitu anak muda bisa lebih peduli terhadap lingkungan dan berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim di wilayah perkotaan. Adapun workshop digelar di Gedung Research Center ITS Surabaya, dan diikuti sebanyak 325 peserta yang hadir secara offline maupun online.

Rektor ITS Bambang Pramujati dalam sambutannya mengungkapkan fenomena UHI adalah peningkatan suhu yang signifikan di daerah perkotaan akibat kepadatan bangunan dan aktivitas industri.


“Fenomena ini semakin parah setiap tahunnya, ditandai dengan suhu yang terus meningkat,” ujar Bambang dalam keterangan tertulis, Jumat (28/6/2024).

Ia juga menekankan pentingnya upaya mitigasi guna menekan dampak lingkungan dari perkembangan industri yang tak terhindarkan.

Sementara itu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyebut seluruh kota di Indonesia mengalami peningkatan suhu signifikan, berkisar antara 0,2 hingga 1 derajat Celsius per 30 tahun. Di samping itu konsentrasi karbon di udara saat ini mencapai 415 ppm. Ini menandakan adanya tren peningkatan konsentrasi karbon setiap tahun.

Dwikorita juga menggarisbawahi pentingnya peran data dalam analisis dan proyeksi perubahan iklim.

“Tugas utama BMKG adalah melakukan monitoring secara sistematis dan berkelanjutan agar analisis prediksi dan proyeksi dapat dilakukan dengan data puluhan bahkan ratusan tahun,” tegasnya.

Direktur Jenderal KLHK, Sigit Reliantoro mengatakan solusi untuk mengatasi UHI adalah melalui gerakan ‘climate optimism’.

“Masyarakat harus terhubung satu sama lain, terus memperbarui informasi terkait UHI, fokus mencari solusi, dan terus berupaya mengedukasi yang lain. Pola pikir ini adalah langkah awal penyelesaian UHI,” tuturnya.

Lebih lanjut dia memaparkan penerapan program-program mitigasi Urban Heat Island (UHI) oleh KLHK masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama dalam hal koordinasi antar lembaga dan partisipasi masyarakat yang belum optimal.

Karena itu, pihaknya mendorong peran generasi muda sebagai tonggak dalam mitigasi UHI. Dalam hal ini, kalangan muda bisa turut andil dalam mengkampanyekan pentingnya ruang terbuka hijau dan praktik ramah lingkungan melalui media sosial dan kegiatan komunitas.

“Selain itu, mereka dapat mengembangkan solusi teknologi untuk mengurangi efek UHI, seperti aplikasi untuk pemantauan kualitas udara dan suhu, inovasi dan penerapan desain bangunan ramah lingkungan. Partisipasi aktif generasi muda dalam kegiatan penghijauan dan program lingkungan lainnya di komunitas masing-masing juga sangat penting untuk mendukung upaya mitigasi UHI. Generasi muda juga dapat menjadi pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan-keputusan,” terangnya.

Untuk mengurangi dampak Urban Heat Island (UHI), kata dia, KLHK memiliki sejumlah program, termasuk Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dan Indeks Respon Lingkungan Hidup (IRLH). Program ini mencakup Program Langit Biru untuk meningkatkan indeks kualitas udara (IKU) dan Program Indonesia Hijau untuk meningkatkan indeks kualitas lahan (IKL). Tujuan utama program ini adalah mendorong pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup, terutama terkait polusi udara dan penghijauan.

Dia mengatakan KLHK mengambil langkah dengan mendorong penggunaan energi bersih bagi industri, transisi ke kendaraan listrik, uji emisi kendaraan bermotor, peningkatan jumlah dan kualitas ruang terbuka hijau di perkotaan, serta penanaman pohon.

“IKLH dan IRLH berperan penting dalam mengukur, mengevaluasi, dan mendorong implementasi yang efektif. Pada tahun 2023, nilai IKU meningkat menjadi 88,67 (meningkat 0,51 poin) dan nilai IKL meningkat menjadi 61,79 (meningkat 1,07 poin), menunjukkan bahwa upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan memberikan hasil positif dan berdampak positif pada mitigasi UHI, namun masih perlu untuk tetap ditingkatkan seiring pembangunan dan peningkatan sumber emisi yang terus meningkat,” paparnya.

Sebagai informasi pada kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara ITS dan BMKG untuk meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kerja sama ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan BMKG dalam mencetak 500 doktor baru guna meningkatkan kualitas dan kinerja lembaga tersebut.

(ncm/ega)

Membagikan
Exit mobile version