Rabu, April 2

Jakarta

Sungai Zambezi — sungai terpanjang ke-4 di dunia — yang berhulu di Zambia, selain mengairi banyak daerah dan negara, juga bisa menjadi sumber kehidupan untuk tambang Bitcoin.

Ya, tambang Bitcoin yang sering ditentang di banyak negara karena menggunakan listrik yang terlalu banyak, juga menghasilkan polusi suara serta udara yang menyebalkan. Namun di Zambia, tambang Bitcoin malah bisa menjadikan tarif listrik di sana tetap murah.

Tambang Bitcoin yang dimaksud dimiliki oleh Gridless, perusahaan penambang Bitcoin dengan energi terbarukan. Perusahaan yang mendapat investasi dari Jack Dorsey — pendiri Twitter — tersebut sebelumnya pernah membuat tambang Bitcoin di Kenya yang ditenagai listrik dari panel surya dan panas bumi.


Kini, mereka membangun tambang Bitcoin yang ditenagai pembangkit listrik tenaga air di Zambia. Penggunaan PLTA untuk menambang Bitcoin ini menguntungkan menurut Philip Walton dari Gridless, karena biaya listriknya yang murah.

Dari 120 komputer yang mereka pakai, Bitcoin yang dihasilkan oleh setiap komputer itu nilainya USD 5 tiap harinya. Bisa lebih jika harga Bitcoin meningkat, atau sebaliknya. Namun kalaupun nilai tukar Bitcoin anjlok, Gridless tetap untung karena biaya listriknya yang murah dan kerja sama mereka dengan perusahaan listrik di Zambia.

“Kami menyadari untuk bisa menghasilkan kondisi ekonomi yang lebih baik untuk penambangan kami perlu bekerja sama dengan perusahaan listrik di sini, dan memberikan mereka bagian dari pemasukan. Jadi alasan kami mau jauh-jauh ke daerah terpencil seperti ini adalah untuk bisa mendapatkan listrik yang lebih murah,” kata Walton.

PLTA yang dipakai oleh Gridless ini bernama Zengamina, yang secara ukuran sebenarnya besar, namun secara teknis ini adalah mini grid. Jadi Zengamina adalah pembangkit listrik yang listriknya hanya dipakai di kawasan sekitarnya.

Zengamina dibangun pada awal tahun 2000an dengan dana bantuan sebesar USD 3 juta. PLTA ini menyediakan listrik untuk sekitar 15 ribu orang yang tinggal di sekitarnya, namun itu masih terlalu sedikit untuk kapasitas Zengamina.

Untuk itulah dibutuhkan penggunaan listrik yang besar, seperti dari tambang Bitcoin, karena jika tidak penggunaan listrik dari warga sekitar tidak mencukupi untuk operasional PLTA tersebut.

“Setiap hari kami membuat lebih dari setengah daya listrik yang bisa kami hasilkan, yang juga artinya kami tidak bisa menghasilkan dari situ untuk mencukupi pengeluaran operasional. Kami membutuhkan penggunaan listrik yang besar di area dan itulah fungsi dari Gridless,” kata Daniel Rea, yang menjalankan operasional PLTA tersebut.

Tambang Bitcoin ini kini berkontribusi terhadap sekitar 30% pemasukan PLTA, yang membuat mereka bisa menekan tarif listrik untuk warga sekitar, demikian dikutip detikINET dari BBC, Minggu (30/3/2025).

(asj/hps)

Membagikan
Exit mobile version