Selasa, Juli 2

Jakarta

Sean Parker mungkin tak setenar Mark Zuckerberg, tapi dialah presiden pertama Facebook. Jauh sebelum media sosial ini meraksasa, tepatnya di tahun 2004. Genius dan kaya raya, Parker malah tak pernah mengenyam bangku kuliah. Karena dia memang enggan.

Pada waktu menjadi presiden Facebook itu, umur Parker baru 24 tahun. Sangat muda, namun sepak terjangnya di dunia teknologi memang sangat mentereng. Hingga saat ini. Mau tahu sekelumit cerita tentangnya?

Lahir 44 tahun lalu di Virginia, Parker lahir dari keluarga cukup berada. Ayahnya Bruce Parker adalah PNS dan ibunya berkecimpung di bisnis periklanan. Ketika umurnya baru 7 tahun, sang ayah sudah mengajarkan pemrograman di komputer Atari 800.


Menginjak usia 16 tahun, Parker sudah menjadi hacker. Bukan hacker sembarangan, ia mampu menjebol jaringan perusahaan-perusahaan raksasa hingga menjadi buron FBI.

Beberapa kali lolos, akhirnya Parker terlacak melalui alamat IP karena tidak sempat log out. Pasalnya secara mendadak komputernya disita sang ayah. FBI pun menangkapnya, namun kemudian dibebaskan karena masih di bawah umur. Hanya dikenai sanksi melakukan pelayanan sosial.

Usia 19 tahun bersama pemuda bernama Shawn Fanning, Parker membuat situs musik free sharing bernama Napster. Sempat sukses besar meraup jutaan pengguna, Napster akhirnya diakuisisi perusahaan Roxio setelah terlibat kesulitan terkait pelanggaran hak cipta dan sebagainya. Tapi Napster dianggap berjasa mempelopori layanan file sharing peer to peer.

Pada tahun 2004, Parker pertama kali melihat Facebook di komputer pacar temannya di kampus Harvard. Parker ini tidak asing dengan dunia jejaring sosial. Tahu Friendster? Parker adalah penasihat pendiri Friendster, Jonathan Abrams. Bahkan pernah punya saham di sana.

Singkat cerita, Parker bertemu dengan Mark Zuckerberg dan Eduardo Saverin, para pendiri Facebook. Mereka setuju mengangkat Parker jadi presiden pertama Facebook.

“Sean Parker adalah yang pertama melihat potensi perusahaan ini untuk menjadi sungguh-sungguh besar,” sebut Peter Thiel, investor pertama Facebook.

Jasa Parker dalam perkembangan awal Facebook sangat besar. Dia dikatakan yang mendorong tampilan bersih Facebook dan fungsi berbagi foto. “Sean sangat vital dalam membantu mentransformasi Facebook dari proyek kampus menjadi perusahaan sesungguhnya,” sebut Zuck.

Sayang, Parker singkat saja jadi presiden Facebook. Tahun 2005, polisi menemukan kokain di rumah yang disewa Parker. Ia sempat ditahan walaupun dibebaskan.

Peristiwa ini membuat investor Facebook kecewa dan Parker tak punya pilihan selain lengser. Walaupun demikian, Parker tetap aktif berhubungan dengan Zuck dan tetap membantu Facebook.

Lulusan SMA

Parker tidak pernah kuliah. Dia memang tidak ingin kuliah. Dia terlalu sibuk melakukan pemrograman dan terutama, mengembangkan Napster.

“Melawan harapan orang tuanya, Parker memutuskan tidak mendaftar kuliah dan ketika Fanning memberitahu soal niatnya membangun Napster, Parker meminta terlibat dan ikut menjadi pendirinya. Menyumbangkan ide-ide penting,” sebut artikel di Vanity Fair.

“Dia langsung pindah ke San Francisco, padahal belum pernah sebelumnya dia itu pergi jauh dari rumah,” tambah artikel tersebut.

Dasar genius, Parker benar-benar membuktikan dia akhirnya bisa sukses luar biasa walaupun tanpa gelar sarjana. Hartanya saat ini ditaksir mencapai USD 2,8 miliar.

Telah menikah dan dikaruniai dua orang anak, Parker masih punya banyak kesibukan. Dia mendirikan beberapa perusahaan dan punya yayasan kemanusiaan Parker Foundation.

Pengakuan Mengejutkan Soal Facebook

Akhir tahun 2017, Parker pernah membuat pengakuan yang cukup mengejutkan soal Facebook. Yaitu bahwa sejak awal, Facebook dirancang agar pengguna menghabiskan waktu selama mungkin di situs.

“Proses pemikiran ketika membuat aplikasi itu, Facebook adalah yang pertama, adalah tentang bagaimana kami bisa menarik waktu dan perhatian kalian sebanyak mungkin?” sebut Parker.

“Artinya kami perlu memberikan kalian sedikit kesenangan, karena seseorang suka atau mengomentari postingan kalian. Dan itu akan berkontribusi pada lebih banyak konten dan kalian mendapat lebih banyak like serta komentar,” papar dia.

Pada masa-masa awal itu, banyak orang menyatakan tidak bakal memakai Facebook. Itu karena mereka mengaku lebih memilih interaksi di dunia nyata. Tapi Parker yakin mereka pasti akan menggunakannya.

Akhirnya instingnya itu benar. Facebook kini jejaring sosial terbesar dunia. “Facebook mengubah relasi kalian dengan masyarakat, dengan satu sama lain. Mungkin juga mempengaruhi produktivitasmu. Hanya Tuhan yang tahu apa yang dilakukan situs itu pada otak anak-anak,” tuturnya.

(fyk/fyk)

Membagikan
Exit mobile version