Semarang –
Jajan lumpia khas Semarang bisa mampir ke Loenpia Gang Lombok yang legendaris. Konon loenpia di sini sudah ada sejak tahun 1800an dan masih bertahan sampai sekarang sebagai makanan khas Semarang.
Membicarakan makanan khas Semarang, banyak orang langsung teringat lumpia. Salah satu tempat paling legendaris untuk menikmatinya adalah Loenpia Gang Lombok yang berlokasi di Gang Lombok nomor 11.
Loenpia Gang Lombok diperkenalkan oleh pasangan Jawa-Tionghoa. Keduanya adalah Tjoa Thay Yoe, pria dari Hokkian di daratan Tiongkok yang menetap di Semarang dan istrinya, seorang pribumi yang dikenal dengan nama Mbok Wasih.
Sejak awal mereka menjajakan lumpia sebagai mata pencaharian. Mereka mengisi lumpia dengan rebung bambu, telur, dan udang. Awalnya lumpia ditawarkan dengan berkeliling kawasan Pecinan Semarang hingga mendapat tempat di Gang Lombok nomor 11.
Suasana di kedai Loenpia Gang Lombok Semarang, Senin (25/3/2024). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng
|
Nama itulah yang kini menjadi populer sebagai penjual lumpia tertua di Semarang. Kini, Loenpia Gang Lombok dipimpin oleh generasi keempat bernama Untung Husodo.
“Generasi pertama itu pastinya kita kurang tahu tapi 18 sekian antara 1867-1877,” kata anak Untung, Vincen Setiawan Husodo saat ditemui di kedainya, Kelurahan Purwodinatan, Semarang, Senin (25/3/2024).
Ternyata, beberapa toko lumpia terkenal di Semarang juga masih keturunan Tjoa Thay Yoe dan Mbok Wasih. Selain anak keturunannya, beberapa lainnya juga merupakan pegawai yang pernah bekerja di Loenpia Gang Lombok.
Iya awal mulanya di sini, dari generasi kedua sudah ada yang membuka sendiri. Ada juga yang pernah di sini buka sendiri,” tambahnya.
Loenpia Gang Lombok berada tepat di samping Klenteng Besar Tay Kak Sie dan di depan Kali Semarang. Vincen menyebut dulunya area tersebut ramai oleh pedagang makanan layaknya pasar malam.
|
Saat ini, hanya tersisa beberapa yang menjual es dan makanan lain selain Loenpia Gang Lombok. Tak jauh dari sana, juga terdapat Pujasera yang dikelola oleh yayasan klenteng.
“Dulu di sini ramai penjual makanan, di atas Kali Semarang,” tambahnya.
Vincen menyebut lumpia memang diadaptasi dari makanan Tiongkok. Kata lumpia berasal dari loen dan pia yang berarti roti gulung.
Bedanya, di Tiongkok kebanyakan merupakan daging ayam atau babi yang ditambah dengan sayuran. Namun di Semarang, lumpia berisi rebung, telur, dan udang.
Rasanya cenderung manis dan gurih. Isian rebung di dalamnya juga membuat sensasi renyah saat menggigit atau mengunyah jajanan itu. Biasanya, pembeli juga akan diberikan acar daun bawang lokio dan cabai hijau.
“Ada sausnya juga dari tapioka dan kecap, dulu banyak yang suka pakai mayonaise, tapi sekarang kalau kita nyediain gitu banyak yang nggak mau,” ujarnya.
|
Loenpia Gang Lombok juga masih menyajikan resep sesuai dengan yang diciptakan oleh Tjoa Thay Yoe dan Mbok Wasih. Menurut Vincen, hal itu juga yang menjadi kekhasan dari Loenpia Gang Lombok.
“Kalau kita menunya original saja, cuma ada yang goreng atau basah. Kita memang ingin mempertahankan yang original ini sih,” ujarnya.
Vincen berharap musim mudik tahun ini dagangannya bisa laku keras. Sebab, dibanding musim liburan lainnya Loenpia Gang Lombok jauh lebih ramai saat musim libur Lebaran.
Meski begitu, saat Lebaran kedainya akan tutup selama tiga hari. Setelah itu, kedainya akan kembali buka mulai jam 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
“Di sini satunya Rp 20 ribu, yang basah bisa tahan 12 jam, kalau yang goreng bisa 24 jam. Kalau di kulkas bisa tahan sampai seminggu, kalau frozen bisa sampai satu bulan,” jelasnya.
Artikel ini sudah tayang di detikjateng dengan judul “Loenpia Gang Lombok, Lumpia Khas Semarang yang Pertahankan Resep Ratusan Tahun”.
Simak Video “Unik! Cokelat Telur Paskah Bertema Olahraga Jelang Olimpiade Paris“
[Gambas:Video 20detik]
(raf/adr)