Senin, Oktober 21

Jakarta

Nasi liwet Sunda adalah hidangan istimewa. Nasi harum gurih ini punya sejumlah fakta menarik, termasuk penyajian khasnya di kastrol hingga menjadi tradisi ‘ngaliwet’.

Tak hanya lauk khas, orang Sunda juga punya racikan nasi khas yang harum gurih bernama nasi liwet. Nasi ini punya banyak penggemar, selain nasi tutug oncom dan nasi timbel yang juga khas dari Tanah Pasundan.

Secara umum nasi liwet adalah nasi yang dimasak dengan bumbu rempah dan santan. Biasanya nasi liwet dinikmati bersama aneka lauk, seperti ayam, ikan asin, cumi asin, lalapan, sambal, petai, telur dadar, sampai aneka pepes.


Nasi liwet punya sejumlah fakta menarik dari sisi sejarah hingga penyajiannya kini dengan cara digulung. Berikut detikfood merangkum informasinya:

1. Berawal dari bekal bertani

Nasi liwet konon lahir dari kebiasaan masyarakat Sunda yang mayoritas berprofesi sebagai petani dimana mereka membawa nasi liwet sebagai bekal di sawah. Sebab zaman dulu, tanah Sunda merupakan perluasan daerah perkebunan.

Nasi liwet yang dikemas di kastrol memudahkan para petani untuk membawa dan menghangatkannya kembali ketika ingin disantap beramai-ramai. Lalu nasi liwet akan dimakan bersama sayuran lalap yang diambil dari sawah dan kebun sekitar.

Menurut Dewi Turgarini dari Universitas Pendidikan Indonesia, seperti dikutip dari karya tulis terbitan Podomoro University, sejak dulu nasi liwet menjadi hidangan mingguan di kalangan keluarga Sunda. Bagi orang Sunda, nasi liwet adalah makna kesederhanaan. Dilihat dari cara pembuatan yang mudah dan lauk nasi liwet yang sebenarnya sederhana.

2. Kastrol, wadah khas nasi liwet

Foto: iStock

Saat ini masih banyak rumah makan dan restoran Sunda yang menawarkan nasi liwet. Mereka menyajikan nasi gurih ini di dalam kastrol. Kastrol adalah panci berbahan aluminium tebal untuk menanak nasi yang memang biasa dipakai masyarakat Jawa Barat.

Dalam satu kastrol bisa menampung 1 hingga 5 liter nasi. Bentuk kastrol yang cekung dan dalam juga memungkinkan nasi liwet sekaligus disajikan bersama lauknya, seperti ikan asin dan petai.

Di antaranya juga masih ada rempah-rempah khas nasi liwet, seperti daun salam, cabai merah, dan bawang merah. Tak heran ketika nasi liwet dalam kastrol diaduk akan mengeluarkan bau harum menggugah selera.

3. Dimakan lesehan dalam tradisi ngaliwet

Nasi liwet biasanya dinikmati bersama-sama oleh orang Sunda. Tradisi ini dikenal dengan nama ngaliwet atau bancakan dimana nasi liwet dan aneka lauk-pauk akan dijejerkan di alas daun pisang yang memanjang.

Nantinya mereka yang menikmati nasi liwet akan duduk bersama mengelilingi alas daun tersebut. Traveling chef Wira Hardiansyah mengatakan tradisi ini juga punya filosofi khusus yaitu ‘silih asah, asih, dan asuh’.

Ketika ngaliwet, tidak ada jenjang di antara orang yang menikmatinya. “Biasanya di kerajaan kan raja dan rakyat makan berbeda. Kalau masyarakat dengan liwetan tak ada jenjang, dari siapa aja sama duduk lesehan dan makan bareng-bareng,” katanya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Membagikan
Exit mobile version