Bandung –
Cuaca Kota Bandung di hari Minggu pagi masih terasa sejuk. Sekitar pukul 07.30 WIB, puluhan anak motor sudah siap berkumpul di Pet Park, Jalan Cilaki, Kota Bandung untuk menyusuri syahdunya Bandung pagi hari.
Kurang lebih ada 30 anggota MoVe Bandung yang ikut memeriahkan akhir pekan bersama d’Otoride ‘Sunmori Keliling Kota Bandung’, sebuah program kolaborasi antara detikOto, MoVe Bandung, dan iQOS. Dimulai dari Pet Park, mereka sudah bersiap dengan peralatan lengkap untuk berkendara dengan Vespa kesayangannya.
Vespa nyentrik hasil modifikasi itu mewarnai jalanan Bandung selama kurang lebih setengah jam lamanya. Ada yang warnanya merah, biru muda, hitam, sampai hijau, semuanya tampil kece mengaspal di Bandung.
MoVe Bandung meriahkan d’Otoride ‘Sunmori Keliling Kota Bandung’ Foto: Anindyadevi Aurellia
|
Rute ditempuh dalam waktu setengah jam. Tak butuh waktu lama untuk menamatkan rute pagi ini, sebab jalanan dan cuaca Bandung pun mendukung para anak vespa untuk pergi momotoran.
“Tadi kita motoran di tengah Kota Bandung, ruternya dari Pet Park ke Flyover Pasupati, daerah Cicendo, dan finishnya di Laneo Cafe di Jalan Jawa. Rasanya seru, berkesan karena punya momen kita motoran ramean di tengah kota, kerasa kekompakannya sama temen-temen,” cerita Rahadian Dendy Pratama (28), Wakil Ketua MoVe Bandung, Minggu (24/11/2024).
Dendy, begitu sapaannya, menceritakan momen motoran pagi ini, yang seolah didukung oleh langit Bandung. Cuacanya tak begitu panas, tapi tidak juga hujan. Sejuknya pas dan bikin semangat motoran!
|
Ia pun mengaku senang dengan acara hari ini. Dendy berharap supaya agenda yang sama bisa diadakan kembali, dengan rute yang lebih luas dan pastinya lebih seru.
“Kebetulan lalu lintas di Bandung lagi enak, nggak macet dan nggak terlalu sepi. Cukup lancar jadi 30 motor itu bisa barisannya tidak ada yang terpisah. Jalannya juga nyaman untuk dilewati, tadi sepanjang rute nggak ada yang baru perbaikan,” tutur Dendy.
“Saya juga salut temen-temen sudah bangun pagi, siapin motornya, ikut acara kolaborasi pertama ini. Semoga ke depan agenda seperti ini terus terjalin, bisa berlangsung rutin, dan juga lebih diperbesar lagi,” sambungnya.
|
Acara dilanjut dengan kuis berhadiah yang jadi rebutan para peserta. Seusai motoran dan melepas penat, bincang-bincang berlanjut dengan sesi TalkShow bersama tiga orang anggota MoVe Bandung yang Vespa-nya sudah banyak permak. Mereka menyebut sesi ini dengan istilah Gerebek Modifikasi atau Germo, yang kontennya biasa tayang di instagram @movebandung.
Dalam sesi TalkShow tersebut, salah satu narasumber yakni Naufal Shidqi, membagikan pengalamannya dalam modifikasi Vespa warna ungu tua kesayangannya. Ia menyebut, Vespanya adalah modifikasi kiblat ‘bapak-bapak’ karena mengutamakan kenyamanan.
“Vespa bapak-bapak, yang penting enak dipakai harian, boncengan, tetep culture, dan enak dipandang. Menurutku modifikasi untuk hal-hal yang sangat berguna, dari basicnya, itu penting banget ya,” kata Naufal.
Ia mengatakan Vespa seri terkini sudah tak punya space untuk berboncengan. Demi kenyamanan, ia memilih menambahkan backrack pada bagian belakang bangku Vespanya.
“Vespa ini agak palaur (khawatir) kalau digas bisa kejengkang (jatuh ke belakang). Jadi tambahkan backrack, cuma minusnya memang kadang sakit pinggang ya karena keras, itu kan dari besi. Sisanya standar aja, kayak knalpot modif tapi dengan suara standar, ada rak tengah buat bawa barang, spion Kymco, bikin dudukan spion lagi, cover CVT,” tutur Naufal.
Tak cuma itu, Naufal juga blak-blakan soal budget modifikasinya. Sudah rahasia umum, kalau hobi otomotif ini memang jadi hobi mahal. Naufal pun tak menampik hal itu, tapi ia ngaku saat modifikasi bagian-bagian motornya tak langsung diganti dalam waktu bersamaan.
Tipsnya, kata Naufal, dalam menekuni hobi modifikasi Vespa ini tak boleh terlalu nafsu. Pelan-pelan menikmati proses permak motornya, sambil berburu barang-barang kualitas terbaik dengan harga yang terbaik juga.
“Semuanya dicicil, kayak sparepart itu bisa dapetnya jatuh banget kalau pinter-pinter cari second-an. Knalpot bisa dapet lebih murah di second juga. Karena modif itu ada keinginan terus menerus, jadi modif itu prosesnya yang nikmat,” imbuh Naufal.
(aau/rgr)