Senin, Oktober 14


Jakarta

Bandara Internasional di Pulau Matinik terpaksa tutup akibat kerusuhan terkait biaya hidup. Penumpang pun terlantar.

Martinik adalah sebuah pulau yang masuk dalam Kepulauan Karibia, di mana otoritas negara Prancis berlaku. Saat ini Prancis sedang mengalami kesenjangan mencolok antara biaya hidup di daratan Prancis dan wilayah seberang laut, dengan penduduk Martinik membayar sekitar 30-42% lebih mahal untuk makanan.

Dilansir dari BBC pada Sabtu (12/10), puluhan pengunjuk rasa menyerbu landasan pacu di bandara di ibu kota, Fort-de-France, yang menyebabkan penutupan bandara tersebut. Penerbangan masuk dialihkan ke Guadeloupe di dekatnya, yang juga merupakan wilayah Prancis.


Bandara dibuka kembali pada hari Jumat.

Protes dimulai pada bulan September untuk menuntut penyesuaian harga pangan lokal dengan harga di daratan Prancis, yang harganya 40% lebih rendah. Seorang pengunjuk rasa telah ditembak mati dan 26 petugas polisi terluka dalam kerusuhan tersebut.

Jam malam telah diberlakukan di pulau tersebut sejak saat itu, dan pada akhir September pemerintah Prancis mengirim polisi antihuru-hara setelah pengunjuk rasa mengabaikan larangan pertemuan publik. Kerusuhan kembali terjadi pada hari Senin ketika polisi mencoba membongkar blokade jalan, kata kantor berita AFP.

Dalam beberapa hari terakhir, barikade yang terbakar telah didirikan, bisnis dijarah, dan kendaraan dibakar di banyak bagian pulau tersebut.

Salah satu dari 26 petugas yang terluka mengalami luka tembak. Seorang pria meninggal di rumah sakit akibat luka serupa pada hari Kamis, setelah kerusuhan semalam. Penyelidikan telah dilakukan atas kematiannya.

Pemerintah setempat mengatakan polisi tidak melepaskan tembakan.

Pada hari Selasa, Wali Kota Fort-de-France Didier Laguerre mengakui bahwa warga Martinique, wilayah berpenduduk 350.000 orang, tengah berjuang untuk mempertahankan diri.

“Saya memahami penderitaan dan kemarahan tersebut.”

(bnl/bnl)

Membagikan
Exit mobile version