Minggu, Maret 16


Jakarta

Teknologi AI dimanfaatkan oleh perusahaan ini untuk membuat daging penyu imitasi. Tujuannya mulia demi lingkungan agar spesies penyu tidak semakin langka.

Kini semakin banyak perusahaan makanan nabati yang membuat produk menyerupai bahan makanan hewani. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, seperti dikonsumsi para pelaku vegan/vegetarian dan menyelamatkan lingkungan.

Contohnya yang dilakukan perusahaan makanan nabati asal Chili, NotCo. Mengutip South China Morning Post (2/5/2024), mereka prihatin dengan penyu hijau semakin langka. Sebab reptil ini juga diburu dagingnya untuk dijadikan makanan.


Pihak NotCo pun memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengatasi masalah ini. Mereka berusaha meracik ‘daging’ penyu vegan yang mirip daging penyu asli.

“Kami ingin memberikan dampak melalui kecerdasan buatan,” kata Bernardo Moltedo, pemimpin ilmu kuliner AI di NotCo.

Ia melanjutkan, “Kami telah mengerjakan ini selama beberapa tahun. Kami selalu bertanya pada diri sendiri ‘mengapa tidak’, itulah sebabnya kami akhirnya bekerja untuk membantu spesies yang terancam punah, seperti halnya sup penyu.”

Perusahaan NotCo memproduksi daging penyu imitasi dengan bantuan tekonologi AI. Foto: South China Morning Post

Teknologi AI NotCo menganalisis 300.000 tanaman dan membuat 260 triliunan kombinasi hingga menemukan campuran lima protein yang paling mirip dengan daging penyu.

Untuk saat ini, daging penyu maupun sup penyu nabati tidak dijual. Namun perusahaan berencana mengadakan kelas virtual untuk mengajari masyarakat cara membuat sup penyu.

Penyu hijau, spesies penyu yang biasa dipakai dalam sup penyu sebagian besar berasal dari Karibia. Reptil ini masuk daftar merah spesies terancam punah menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).

Jumlah penyu dipengaruhi oleh polusi, cuaca ekstrem, dan penangkapan ikan. Eksploitasi penyu pun dilarang di sebagian besar negara di dunia.

Namun, permintaan sup penyu masih tinggi di negara-negara Asia dan Amerika Latin, termasuk China, Meksiko, Peru, dan Malaysia.

Kehadiran daging penyu imitasi harapannya bisa melindungi spesies penyu yang langka. Foto: South China Morning Post

Popularitas sup penyu amat tinggi di kalangan orang Eropa dan Amerika. Mereka menganggap menu ini eksotis, padahal dulunya makanan ini sempat dicap sebagai makanan kalangan bawah.

Hal tersebut disampaikan peneliti Ching May-bo. Ia menulis artikel jurnal pada tahun 2016 berjudul The Flow of Turtle Soup from the Caribbean via Europe to Canton, and Its Modern American Fate.

“Orang-orang Eropa, dan khususnya Inggris, sangat menyukai sup penyu; dan orang China menganggap masakan Inggris ini cukup bisa diterima,” tulis Ching May-bo.

Bagi mereka yang tidak mampu membeli penyu hijau segar, sup penyu tiruan dibuat dengan kepala anak sapi. Bahan ini mulai muncul di buku masak sebagai alternatif yang lebih ekonomis.

Pada tahun 1860-an, penyu hijau tersedia dalam bentuk kalengan di negara bagian Texas, AS. “Pada pergantian abad ke-20, seseorang tidak perlu pergi ke rumah mewah… atau kedai minuman di London untuk menikmati semangkuk sup penyu. Ini bisa dengan mudah dibuat sendiri dengan produk kalengan dengan harga terjangkau,” tulis Ching.

Kini daging penyu langka dan dilindungi. Akhirnya hampir dua abad kemudian, sup penyu tiruan tercipta.

(adr/odi)

Membagikan
Exit mobile version