Banyuwangi –
Di Desa Bangsring, Banyuwangi ada pusat budi daya lobster yang hasilnya sudah diekspor ke Taiwan dan China. Lobster dibesarkan dari bibit hingga mencapai berat ideal yang memenuhi standar pasar.
Lobster terkenal sebagai seafood premium yang jadi incaran di restoran mewah. Dagingnya tebal, kenyal, dan memiliki rasa manis gurih yang nikmat.
Lobster ternyata dihasilkan di beberapa daerah Indonesia, bahkan ada yang memenuhi standar ekspor. Salah satunya dapat ditemui di Desa Bangsring, Banyuwangi.
Dalam rangkaian Jelajah Gizi 2024 (6/10/2024), detikfood diajak mengunjungi Kampung Lobster yang dikelola oleh Suwardi atau akrab disapa Ayung. Ia menggeluti budi daya lobster sejak tahun 2020.
Meski terbilang baru, tapi Kampung Lobster sudah menorehkan prestasi. Tempatnya diakui sebagai Sentral Kuliner Seafood Lobster dan Ikan di Banyuwangi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada September 2024.
Kampung Lobster di Desa Bangsring, Banyuwangi menjadi pusat budi daya dan kuliner lobster. Foto: detikfood
|
Di tempatnya, Ayung melakukan budi daya lobster dari tahap awal yaitu berupa bibit. “Kita masuk dari bibit itu mulai dari ukuran 20 gram sampai 100 gram. Kita membesarkannya itu di dasar laut dengan kedalaman 15 sampai 20 meter,” ujar Ayung sambil menunjukkan bibit lobster yang ditaruh di bak-bak plastik besar.
Selanjutnya lobster diberi pakan khusus berupa kerang kurma yang masih hidup. Hal ini wajib hukumnya menurut Ayung untuk menjaga kualitas lobster yang dihasilkan.
“Kita memberikan kerang kurma itu harus segar, nggak boleh mati karena akan memicu bakteri-bakteri yang tidak baik untuk lobster.,” jelas Ayung. Selain kerang kurma, Ayung menuturkan, kerang manis, kerang hijau yang besar, atau keong sawah juga bisa jadi alternatif pakan lobster.
Bahkan pemberian pakan keong sawah juga bisa mempercepat proses moltong pada lobster. Molting adalah proses pergantian cangkang dalam siklus hidup lobster.
Budi daya ini dilakukan di laut dengan kedalaman 15-20 meter. Suhu airnya yang ideal adalah 25-28 derajat Celcius.
Para penyelam akan memberi pakan ke lobster sekali sehari dengan rentang waktu pukul 10 pagi hingga sore hari. Faktor utama yang memengaruhinya adalah arus di laut.
“Kalau arus kencang susah (kasih makan lobster), tapi bagusnya untuk membersihkan cangkang. Arus yang kencang membuang kotoran-kotorannya sehingga lobster itu nyaman. Jadi lobster nggak stress,” jelas Ayung.
Lobster siap diambil dari laut ketika beratnya sudah mencapai 165 gram. “Itu membutuhkan waktu sampai setahun, baru bisa diekspor. Oleh karena itulah lobster mahal,” tambah Ayung.
|
Lobster dari Desa Bangsring ini diekspor ke China dan Taiwan. Ayung tak dapat mengungkap angka pasti ekspornya karena proses pembesaran lobster tidak merata.
Adapun lobster yang ia budi daya di sini adalah lobster pasir dan dan lobster mutiara. Keduanya punya profil rasa yang serupa.
Di Kampung Lobster pula, Ayung dan tim menawarkan olahan lobster sedap. Ada lobster saus Padang, bumbu garlic butter, hingga lobster panggang.
Jika tertarik melihat budi daya lobster dan mencicipi olahannya yang nikmat, kamu bisa langsung mendatangi Kampung Lobster di kawasan Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi.
(adr/odi)