Jumat, Oktober 18


Jakarta

Tuyul adalah salah satu sosok makhluk halus yang banyak dipercaya masyarakat Indonesia. Mereka dipercaya bisa mencuri uang dan harta benda lainnya dari rumah ke rumah untuk tuan yang memeliharanya. Namun kenapa ‘peliharaan’ yang satu ini tidak mencuri di bank?

Ada yang berpendapat sosok tuyul tidak senang dengan benda-benda yang terbuat dari logam, yang membuat sosok mistis ini menghindari bank yang menyimpan uang di brankas. Ada juga yang mengatakan setiap bank memiliki ‘penjaga’ tak kasat mata yang lebih kuat dari para tuyul ini.

Namun itu merupakan kepercayaan yang belum tentu bisa dipastikan kebenarannya. Sehingga untuk mengetahui alasan pasti mengapa tuyul tidak bisa mencuri di bank, kita perlu melihat asal-usul makhluk yang satu ini.


Dalam catatan detikcom, keberadaan tuyul pertama kali dihubungkan dengan dinamika ekonomi pada zaman penjajahan Belanda. Tepatnya, kala itu berhubungan dengan masa liberalisasi ekonomi yang dilakukan Belanda di tahun 1870-an.

Liberalisasi ekonomi merupakan kebijakan pengganti tanam paksa yang dinilai mampu menyejahterakan masyarakat, meski sayangnya tidak semua bisa merasakan manfaat aturan ini. Sebab pada akhirnya hanya segelintir orang yang diuntungkan dengan aturan tersebut.

Dalam buku ‘Ekonomi Indonesia 1800-2010’ (2012) yang ditulis oleh Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks, menjelaskan aturan liberalisasi ekonomi melahirkan rezim kolonial yang baru. Salah satunya adalah pengambilalihan perkebunan rakyat untuk diubah menjadi perkebunan yang lebih besar serta pabrik gula.

Kondisi ini membuat kaum pedagang, baik dari kalangan pribumi atau Tionghoa, bisa menjadi orang kaya baru dalam sekejap. Sedangkan kehidupan kaum petani tetap hidup pas-pasan dari hasil pertanian dan tidak bisa berkembang.

Padahal sejak Belanda menetapkan aturan liberalisasi ekonomi, petani mempunyai pandangan jika proses menjadi kaya harus melewati proses dan usaha yang jelas serata bisa dilihat oleh mata. Namun hal ini tidak ditemukan dari para saudagar yang mendadak kaya tersebut.

Dalam hal ini, George Quinn dalam buku ‘An Excursion to Java’s Get Rich Quck Tree (2009)’ menjelaskan kondisi ini membuat para petani mempertanyakan asal muasal kekayaan mereka. Ketika pedagang tidak bisa menjawab, para petani kemudian menuduh uang itu adalah hasil pencurian.

Hal ini ditambah dengan kepercayaan akan hal-hal mistis yang masih sangat kental kala itu. Akhirnya, para petani memandang pencurian itu dibantu oleh makhluk tak kasat mata seperti tuyul.

Mereka menuduh pedang menggunakan cara haram dengan tuyul untuk memperoleh kekayaan. Akibatnya, para pedagang dan pengusaha sukses sempat dipandang miring oleh masyarakat dan dianggap hina, walaupun semua ini sebenarnya terjadi karena perubahan kebijakan kolonial Belanda.

Sedangkan dalam buku berjudul ‘Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa’ yang ditulis oleh Clifford Geertz berpendapat tuyul merupakan salah satu sosok dalam kepercayaan masyarakat Jawa yang keberadaannya tidak bisa dibuktikan.

Sebelum menulis bukunya, Geertz sempat melakukan penelitian di sebuah kota kecil di wilayah Jawa Timur yang disamarkan menjadi ‘Mojokuto’. Dalam penelitian tersebut ia menemukan sosok tuyul banyak digambarkan masyarakat sebagai makhluk halus seperti anak-anak, tidak mengganggu, tidak menakuti orang, atau membuat sakit tapi banyak disenangi manusia karena bisa membuat mereka kaya.

Ada berbagai proses agar tuyul mau ‘bekerja’ dengan manusia, salah satunya sosok tuan tersebut harus berpuasa serta bersemedi. Selanjutnya orang itu perlu membuat semacam perjanjian dengan setan. Mereka bisa melihat tuyul dan mempekerjakan untuk kepentingan sendiri. Sayangnya, Geertz menjelaskan tidak ada ajaran yang tertulis untuk membuktikan hal ini melainkan hanya pendapat dari mulut ke mulut.

“Kalau orang mau kaya, ia bisa menyuruh mereka mencuri uang. Mereka bisa menghilang dan bepergian jauh hanya dalam sekejap mata hingga tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari uang untuk tuannya,” tulisnya.

Berdasarkan pandangan-pandangan ini, pada akhirnya tuyul tidak mencuri uang di bank bukan karena alasan-alasan mistis seperti takut logam atau kalah dengan sosok ‘penjaga’. Namun karena tuyul sendiri muncul karena adanya kecemburuan sosial ekonomi di masa lampau alias keberadaan makhluk itu masih dipertanyakan hingga saat ini.

Dan perlu diingat sekali lagi ya detikers, hal ini bisa jadi mitos karena belum bisa dibuktikan kebenarannya.

(fdl/fdl)

Membagikan
Exit mobile version