Jumat, Oktober 11


Jakarta

Banyak masyarakat yang tertarik untuk membeli mobil bekas atau second. Soalnya, mobil bekas punya harga yang lebih murah ketimbang membeli unit baru di dealer.

Selain itu, harga mobil bekas akan mengalami depresiasi atau penyusutan nilai setiap tahunnya. Jadi, harga mobil bekas yang dijual tahun ini mungkin bisa lebih murah lagi jika dibeli di tahun depan.

Lantas, apa yang menyebabkan penyusutan nilai harga jual mobil bekas setiap tahunnya? Simak pembahasannya dalam artikel ini.


Penyebab Penurunan Harga Mobil Bekas Setiap Tahun

Sudah bukan rahasia umum jika harga mobil bekas turus mengalami penurunan setiap tahunnya. Namun, apa yang menyebabkan depresiasi terhadap harga mobil bekas?

Mengutip catatan detikOto, General Manager Carsome Indonesia, Delly Nugraha, depresiasi atau penurunan harga mobil bekas setiap tahunnya disebabkan oleh banyak faktor. Menurutnya, ada tiga hal yang mempengaruhi menyusutnya harga mobil bekas.

“Pertama adalah brand atau tipe-tipenya. Apakah dia termasuk brand terlaris atau tipe terlaris. Kedua performance atau kinerja mobil ini, apakah mesinnya besar apakah bahan bakar yang digunakan cukup populer, bagaimana konsumsinya, jadi kinerja ini juga akan menentukan. Ketiga akan dipengaruhi juga, di mana area mobil ini dipakai atau dijual,” kata Delly beberapa waktu lalu.

Menariknya, depresiasi harga mobil bekas juga tergantung dari mana asal wilayah mobil tersebut dan ke daerah mana mobil tersebut akan dijual.

“Contoh mau jual Toyota Fortuner VRZ tahun 2016 (plat Jakarta), mungkin dibeli sama dealer mobil bekas atau makelar-makelar di Jakarta dengan harga antara Rp 340 juta-Rp 350 juta misalnya. Tapi kalau Anda iseng, dan menawarkan ke konsumen yang ada di, katakanlah Semarang, dihargainya pasti lebih rendah,” ujarnya.

Hal itu karena pasar mobil bekas di Semarang memiliki perbedaan dengan stok mobil bekas di Jakarta. Banyak orang yang menilai jika mobil bekas dari Jakarta sudah terlalu ‘capek’ karena dikendarai setiap hari, melalui kemacetan, atau bahkan terendam banjir.

Nah, ketiga faktor tersebut yang dapat memicu terjadinya perbedaan dalam depresiasi mobil di berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan, merek mobil, tipe, dan tahun yang sama bisa berbeda depresiasinya di masing-masing daerah.

“Mobil brand jenis, tipe, dan tahun yang sama, bisa berbeda depresiasinya di masing-masing area. Itu yang terjadi. Kalau Anda datang ke Jogja, di Jogja Avanza 2010 masih banyak berkeliaran. Nah depresiasinya nggak terlalu jauh, karena itu sangat diminati. Tapi kalau Anda ke Surabaya itu mungkin yang banyak (berkeliaran) justru (mobil) Honda, jadi mobil Honda depresiasinya tidak terlalu banyak,” pungkas Delly.

Tips Membeli Mobil Bekas

Membeli mobil bekas harus benar-benar teliti. Sebab, mobil yang kamu beli bisa saja memiliki catatan buruk, misalnya bekas kecelakaan atau ternyata mobil gelap hasil curian.

Jika detikers ingin membeli mobil bekas, simak tips-tipsnya di bawah ini yang dilansir situs Auto2000:

  1. Cari mobil bekas sesuai kebutuhan. Sebagai contoh, jika ingin membeli mobil untuk keluarga disarankan ambil tipe MPV atau SUV.
  2. Tentukan budget untuk membeli mobil bekas. Meski harganya murah, tapi ada beberapa mobil yang dibanderol dengan harga tinggi.
  3. Tanyakan kepada penjual mengenai catatan mobil bekas tersebut, apakah bekas kecelakaan atau pernah terendam banjir.
  4. Cek kelengkapan surat, mulai dari pelat nomor, STNK, dan BPKB.
  5. Cek juga kondisi mesin, interior, dan eksterior mobil yang ingin dibeli.
  6. Terakhir, lakukan test drive untuk mengetahui kondisi mobil saat dikendarai.

Itu dia sejumlah faktor yang memicu penurunan harga mobil bekas setiap tahunnya. Semoga bermanfaat!

(ilf/fds)

Membagikan
Exit mobile version