Minggu, Oktober 27


Jakarta

Sprint Race MotoGP Thailand 2024 kembali menjadi ajang Ducati unjuk gigi. Tak hanya mendominasi podium, kali ini Ducati finish secara berurutan dari satu hingga delapan.

Dominasi Ducati yang membawa delapan pebalapnya finish secara berurutan di suatu balapan adalah sebuah momen langka dan bersejarah. Dilansir dari Crash, kejadian serupa pernah terjadi pada motor Honda di MotoGP Catalunya 1996.

Pertanyaannya, mengapa Ducati bisa sangat mendominasi di MotoGP tahun ini? Bahkan seluruh pebalap yang menggunakan motor Ducati di musim ini, bisa finish berurutan di Chang International Circuit?


Brad Binder Foto: AP/Manish Swarup

Satu-satunya pebalap yang hampir merusak dominasi Ducati di balapan kemarin adalah Brad Binder dengan KTM RC16-nya. Namun ia mengklaim, Ducati sangat kuat dan motornya tak dapat bicara banyak apalagi ketika kehilangan grip ban.

“Ya sebenarnya saya bisa saja melawan mereka, tapi dengan ban yang segar,” ujar Binder kepada Crash.

“Tapi saat kehilangan grip, saya tidak tahu mau melawan mereka dengan apalagi,” lanjutnya.

Brad Binder mengaku bahwa pertarungan melawan motor Ducati di seri Thailand ini memang sangat sulit, namun bukan berarti tanpa celah. Salah satu upaya yang mereka dapat lakukan adalah mempelajari kesalahan dan tetap bertarung.

“Bagaimanapun, kami punya peluang yang sangat terbuka (di balap utama) dan mencoba mencari cara bagaimana untuk melawan mereka dan lebih baik. Kita akan tetap berjuang dan mari lihat apa yang bisa kita lakukan,” lanjut pebalap asal Afrika Selatan ini.

Pedro Acosta Foto: Getty Images/Mike Owen

Menariknya di MotoGP Thailand ini, ada satu pebalap muda yang sempat menunjukkan tajinya untuk melawan Ducati. Ia adalah Pedro Acosta dari tim Red Bull GASGAS Tech3.

Dari start hingga 10 lap pertama, pebalap muda asal Spanyol ini sempat ‘mengacak-acak’ rombongan Ducati di baris depan. Namun sayang, ia tak dapat mengendalikan motornya dan terjatuh saat balap tersisa beberapa lap lagi.

Saat ditanya oleh Crash mengenai mengapa Ducati bisa sangat mendominasi dan apa perbedaan mereka, Acosta menjawab tegas bahwa mereka punya lebih banyak motor yang berlaga.

“Ya, mereka punya delapan motor,” ujar Acosta.

“Tentu itu masuk akan, karena pabrikan kami hanya punya dua motor. Kami KTM secara keseluruhan punya empat motor. Untuk ini, jelas itu sangat menunjukkan (kenapa Ducati sangat kuat),” lanjutnya.

Dengan motor yang lebih banyak, Acosta menganggap bahwa informasi yang didapat oleh Ducati bisa lebih beragam dan membuat mereka punya peluang untuk lebih menyempurnakan motornya.

“Kita selalu (mendapat masukan) yang lebih lambat (dari Ducati). Itu kenapa hal ini membuat mereka lebih kuat, karena pada akhirnya mereka bisa punya lebih banyak informasi ketimbang yang lainnya,” tutup Acosta.

Perlu diketahui, di musim 2024 ini, Ducati punya tim pabrikan bernama Ducati Lenovo Team dan dihuni oleh Francesco Bagnaia serta Enea Bastianini. Tak hanya itu, Ducati juga didukung oleh tim satelit mulai dari Prima Pramac Racing, Pertamina Enduro VR46 Racing Team, hingga Gresini Racing MotoGP.

Menariknya, empat tim tersebut dan total delapan pebalapnya finish berurutan di Sprint Race MotoGP Thailand 2024. Enea Bastianini jadi yang tercepat, disusul oleh Jorge Martin dari Prima Pramac Racing, lalu di urutan ketiga ada Bagnaia.

Sementara di urutan keempat dan kelima ada Marc Marquez-Alex Marquez dari Gresini Racing MotoGP. Di urutan keenam ada Franco Morbidelli dari Prima Pramac Racing dan di belakangnya ada duo pebalap Pertamina Enduro VR46 Racing Team yakni Marco Bezzecchi dan Fabio Di Giannantonio.

(mhg/riar)

Membagikan
Exit mobile version