Rabu, Maret 26


Jakarta

Terkait umur memang akan selalu menjadi misteri, tidak ada satu orang pun yang bisa menebaknya dengan pasti. Namun, banyak yang meyakini bahwa umur panjang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Dikutip dari Science Alert, sebuah studi yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal bergengsi Nature Medicine telah mencoba untuk pertama kalinya mengukur kontribusi relatif dari lingkungan dan gaya hidup dibandingkan dengan genetika terkait umur panjang.

Hasil temuannya mengejutkan, bahwa lingkungan dan gaya hidup seseorang memainkan peran yang jauh lebih besar daripada genetika dalam menentukan umur panjang.

Studi ini menggunakan data dari UK Biobank, yakni basis data besar di Inggris yang berisi data kesehatan dan gaya hidup mendalam dari 500 ribu orang. Data yang tersedia meliputi informasi genetik, catatan medis, pencitraan, dan informasi tentang gaya hidup.

Bagian terpisah dari penelitian ini menggunakan data dari sub-kelompok lebih dari 45 ribu peserta yang sampel darahnya menjalani sesuatu yang disebut ‘profil proteomik’. Ini merupakan teknik yang mengamati bagaimana protein dalam tubuh berubah seiring waktu untuk mengidentifikasi usia seseorang pada tingkat molekuler.

Dengan menggunakan metode ini, para peneliti dapat memperkirakan seberapa cepat tubuh seseorang menua. Ini disebut usia biologis, bukan usia kronologis.

Para peneliti menilai 164 paparan lingkungan, serta penanda genetik peserta untuk penyakit. Paparan lingkungan meliputi pilihan gaya hidup (misalnya, merokok, aktivitas fisik), faktor sosial (misalnya, kondisi tempat tinggal, pendapatan rumah tangga, status pekerjaan) dan faktor kehidupan awal, seperti berat badan di masa kanak-kanak.

Mereka kemudian mencari hubungan antara genetika dan lingkungan serta 22 penyakit utama terkait usia (seperti penyakit arteri koroner dan diabetes tipe 2), mortalitas, dan penuaan biologis (sebagaimana ditentukan oleh profil proteomik).

Dalam penelitian tersebut ditemukan faktor lingkungan secara kolektif menyumbang sekitar 17 persen variasi dalam rentang hidup, sementara faktor genetik berkontribusi kurang dari 2 persen. Temuan ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan memengaruhi kesehatan dan umur panjang jauh lebih besar daripada faktor genetik.

Faktor lingkungan memiliki dampak terbesar pada penyakit paru-paru, jantung, dan hati, sementara genetika memainkan peran terbesar dalam menentukan risiko seseorang terhadap kanker payudara, ovarium, prostat, serta demensia.

Faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap kematian dini dan penuaan biologis meliputi merokok, status sosial ekonomi, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi kehidupan.

Mungkin temuan yang paling mengejutkan dalam penelitian ini adalah tidak adanya hubungan antara pola makan dan penanda penuaan biologis, sebagaimana ditentukan oleh profil proteomik. Hal ini bertentangan dengan banyaknya bukti yang menunjukkan peran penting pola makan dalam risiko penyakit kronis dan umur panjang.

Namun, terkait pola makan ini masih bisa diperdebatkan. Pasalnya, masih kurangnya kekuatan statistik dalam bagian penelitian yang mengamati penuaan biologis. Artinya, jumlah orang yang diteliti mungkin terlalu kecil untuk memungkinkan para peneliti melihat dampak sebenarnya dari pola makan terhadap penuaan.

(dpy/kna)

Membagikan
Exit mobile version