Sabtu, Oktober 5


Jakarta

Seseorang dengan masalah kardiovaskular dianjurkan untuk menghindari pencetus serangan jantung, termasuk mengontrol emosi. Kalem yuk, nggak usah keseringan marah-marah.

Tentunya, tidak serta merta bisa dikatakan bahwa marah-marah adalah penyebab langsung pada serangan jantung. Faktanya dalam keseharian memang banyak yang marah-marah dan tidak semuanya mengalami serangan jantung.

“Bisa kita katakan, kalau kita tidak bisa mengendalikan emosi, maka faktor emosi tadi menjadi pencetus untuk penyakit jantung. Bukan penyebab,” jelas dr Vireza Pratama, SpJP, Subsp.IKKv(K), FIHA, FAsCC, FSCAI, konsultan kardiologi intervensi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan.


Pada penyakit jantung koroner kronis, seseorang bisa saja memiliki plak atau timbunan lemak di pembuluh darah jantung. Plak tersebut relatif tidak membahayakan pasien selama kondisinya stabil, tidak rupture atau pecah.

Agar kondisi plak tetap stabil, pasien dianjurkan untuk menerapkan pola hidup sehat seperti menghindari makanan tidak sehat dan aktif berolahraga. Menghindari stres dan mengendalikan emosi juga termasuk di dalamnya.

Ketika anjuran tersebut tidak dijalankan dengan baik, maka ada risiko plak di pembuluh darah jantung jadi tidak stabil. Termasuk, jika pasien tidak bisa mengontrol emosi.

“Kalau plaknya tidak stabil, maka terjadilah robekan plak, kalau sudah terjadi robekan plak, maka terjadi manifestasi klinis serangan jantung akut,” jelas dr Vireza.

(up/up)

Membagikan
Exit mobile version