Kamis, Oktober 24

Jakarta

Pada Konferensi AI Dunia di Shanghai, CEO Huawei Cloud Zhang Ping’an, menyampaikan pesan yang menarik mengenai kemajuan AI di China di tengah sanksi AS terhadap GPU canggih dan teknologi pembuatan chip.

Terlepas dari kendala yang diberlakukan oleh akses terbatas ke prosesor papan atas, Zhang menekankan bahwa China dapat terus memimpin dalam AI tanpa hanya mengandalkan chip kelas atas sebagaimana dilansir detiKINET dari Gizmochina, Senin (8/7/2024).

Zhang menepis kekhawatiran bahwa pembatasan pada prosesor AI tingkat lanjut, seperti Nvidia H100/H200 dan B100/B200, akan secara signifikan menghambat pengembangan AI China. Dia menggarisbawahi bahwa kepemimpinan AI China seharusnya tidak bergantung pada chip kelas atas ini.


Mengakui keterbatasan negara saat ini dalam daya komputasi karena sanksi, Zhang menyoroti pentingnya untuk tidak bergantung pada teknologi yang paling canggih.

Zhang menunjuk pada upaya Huawei dalam mengembangkan prosesor seri Ascend 910 untuk aplikasi AI. Ia mengklaim prosesor ini kompetitif dengan A100 Nvidia, meskipun analis di Eropa dan AS belum memverifikasi pernyataan ini secara independen.

Pembatasan AS terhadap prosesor Nvidia berarti bahwa perusahaan teknologi besar China seperti Baidu, Huawei, dan Tencent harus bergantung pada teknologi dalam negeri, yang dipandang Zhang sebagai peluang daripada kemunduran.

Namun, Zhang mengakui keterbatasan kinerja prosesor domestik. Dia mengakui bahwa prosesor dari Huawei dan Biren Technology, yang diproduksi pada node manufaktur yang lebih tua, tidak dapat menandingi kinerja AI modern dan GPU komputasi berkinerja tinggi dari AMD dan Nvidia.

Selain itu, SMIC, yang memproduksi chip untuk Huawei dan Biren, tidak memiliki akses ke peralatan canggih, yang berkontribusi pada keterlambatan kinerja komputasi per prosesor di Tiongkok.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, Zhang menganjurkan pendekatan holistik yang menggabungkan teknologi cloud, edge, dan jaringan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi konsumsi daya untuk beban kerja AI.

Ia menyoroti Huawei Cloud sebagai penyedia layanan AI terkemuka, menunjukkan bahwa memanfaatkan teknologi cloud dapat mengimbangi kurangnya prosesor AI yang canggih.

Namun, masih belum jelas apakah prosesor Huawei direkomendasikan untuk melatih model bahasa yang besar secara langsung di Huawei Cloud atau apakah mereka harus dilatih pada mesin eksternal dan kemudian digunakan di Huawei Cloud.

Secara keseluruhan, Zhang menekankan perlunya meninggalkan keyakinan bahwa ketiadaan chip AI yang paling canggih menghalangi kepemimpinan dalam AI. Dia menyampaikan keyakinannya bahwa melalui inovasi dan pendekatan strategis, China dapat mempertahankan posisinya di garis depan pengembangan AI meskipun ada sanksi AS yang sedang berlangsung.

(jsn/fay)

Membagikan
Exit mobile version