Minggu, Oktober 6


Jakarta

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kelas menengah di Indonesia tahun ini 17,13% dari proporsi masyarakat di Indonesia. Dalam bentuk jumlah, tahun ini sebanyak 46,85 juta jiwa.

Angka itu tercatat mengalami penurunan sejak 2019, di mana saat itu proporsinya 21,45% atau berjumlah 57,33 juta jiwa. Kemudian pada 2021 juga mengalami penurunan menjadi 19,82% atau 53,83 juta penduduk.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan kelas menengah ini disebut telah turun ke level menuju kelas menengah dan rentan miskin.


“Jadi turun kelasnya ada yang satu level, dan ada yang dua level. Jadi level itu ada paling bawah miskin, level kedua rentan miskin dan level ketiga menuju kelas menengah,” ujar Tauhid kepada detikcom Sabtu, (5/10/2024).

Dalam data BPS, saat jumlah kelas menengah ini menurun, angka jumlah pada level menuju kelas menengah dan rentan miskin mengalami peningkatan.

Angka rentan miskin pada 2019 tercatat 54,97 juta orang atau proporsinya 20,56%. Kemudian naik pada 2021 menjadi 21,47% atau 58,32 juta orang dan pada tahun 2024 menjadi 24,23% atau 67,69 juta orang.

Sementara catatan penduduk yang masuk level menuju kelas menengah pada 2019 proporsinya 48,20% atau 128,85 juta orang. Pada 2021 naik menjadi 48,17% atau 130,8 juta orang dan 2024 menjadi 49,22% atau 137,5 juta orang.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan pengeluaran kelas menengah terbanyak adalah untuk makanan dengan komposisi 41,67% dari pengeluaran. Kedua terbesar perumahan 28,5% dan 0,38% hiburan.

Pengeluaran kelas menengah sendiri disebut antara Rp 1,9 juta sampai Rp 9,3 juta per bulan/orang. Sementara kelas menengah bawah Rp 825 ribu sampai Rp 1,9 juta dan kelas rentan miskin Rp 550 ribu sampai Rp 825 ribu per bulan/orang.

Berdasarkan data BPS, dalam sepuluh tahun terakhir dari 2014 sampai 2024, proporsi pengeluaran untuk makanan meningkat cukup signifikan. Untuk kelas menengah sendiri proporsinya tahun ini 41,67%.

Sementara proporsi pengeluaran untuk hiburan menurun menjadi 28,52% pada 2024, dibandingkan 2014 proporsinya 34,36%. Kemudian pengeluaran untuk kendaraan juga turun dari 7,27% pada 2014 menjadi 3,99% pada 2024.

Jika dibandingkan dengan pengeluaran kelas atas, proporsi untuk makanan dan kendaraan hampir setara. Misalnya pengeluaran makanan pada tahun ini hanya 26,24% dan untuk kendaraan 15,29%.

Pengeluaran untuk pakaian itu meningkat cukup signifikan dari 2014 yang tercatat 8,44%, dan tahun ini menjadi 18,54%. Peningkatan lainnya adalah pengeluaran untuk barang/jasa lainnya dari 4,74% pada 2014, menjadi 11,26% pada 2024.

(ada/fdl)

Membagikan
Exit mobile version