Kamis, November 14


Jakarta

Ada jejak rem ditemukan di lokasi kecelakaan maut Tol Cipularang KM 92. Diketahui juga ada kampas rem terbakar karena overheat.

Kakorlantas Polri Irjen Pol Aan Suhanan mengungkap fakta terbaru terkait kecelakaan di tol Cipularang KM 92. Aan menegaskan kecelakaan tersebut bukanlah kecelakaan beruntun, melainkan kecelakaan karambol. Saat kejadian, terungkap kondisi lintasan berair usai dilanda hujan besar.

“Jadi kalau beruntun dari depan ke belakang, namun ini dari belakang ke depan. Kemudian setelah selesai olah TKP kemarin, di kilometer sebelum titik poin terjadinya kecelakaan di KM 92 +400, itu terjadi jejak rem. Ini masih dugaan, artinya kita harus mendalami jejak rem ini apakah dari kendaraan yang bersangkutan, karena bisa jadi jejak rem itu sudah lama. Kemudian kita sinkronkan dengan jenis kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan tersebut,” kata Aan dikutip laman Korlantas Polri.


Fakta lain yang terungkap juga ditemukan kampas rem yang terbakar lantaran adanya kampas rem terbakar karena overheat.

“Kemudian kita juga masih harus mendalami bukti-bukti yang ada di TKP maupun di dashboard Jasa Marga untuk mengukur kecepatan maupun perilaku pengemudi pada saat sebelum kejadian,” lanjut Aan.

Sebelumnya Aan juga mengungkap sopir truk menggunakan gigi tinggi di jalan menurun. Kala itu posisi persneling ada di gigi 4. Kondisi itulah yang diduga menjadi pemicu truk nyelonong hingga menyeruduk belasan kendaraan.

“Namun sampai saat ini kami belum bisa menyimpulkan penyebab dari kecelakaan tersebut karena harus melakukan kajian. Kami harus merekonstruksi hasil olah TKP yang dilakukan kemarin. Mudah-mudahan dalam waktu cepat kita bisa menyimpulkan penyebab terjadinya peristiwa kecelakaan di KM 92,” pungkasnya.

Di sisi lain, kecelakaan maut akibat rem blong sering kali terjadi. Praktisi keselamatan berkendara sekaligus Instruktur & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, kecelakaan akibat rem blong disebabkan oleh kompetensi sopir yang tidak paham dalam melakukan deselerasi di jalan menurun. Bahkan, peristiwa ini kerap terjadi akibat salah kaprah sopir truk yang menginginkan cuan.

Jusri menduga, truk yang mengalami rem blong di Tol Cipularang itu melaju di turunan dengan kondisi transmisi netral. Namun, untuk mengurangi beban rem, sopir berusaha masuk gigi. Yang terjadi adalah, sopir truk hanya bisa masuk ke gigi 4 sesuai temuan Kakorlantas Polri.

“Penggunaan service brake ini cukup rentan kecelakaan, takut ngunci, mereka berusaha engine brake tapi dari netral. Kalau netral dalam kecepatan tinggi misalnya 60-80 km/jam, susah masuk ke gigi 2 tuh. Apalagi truk nggak punya synchronize. Jadi yang dia masukin adalah masukin gigi 4 untuk mendapatkan engine brake,” ungkap Jusri.

(dry/din)

Membagikan
Exit mobile version